Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fungsi Ogoh-ogoh dalam Perayaan Hari Raya Nyepi, Representasi Bhuta Kala yang Dibakar setelah Pawai

Fungsi ogoh-ogoh di Hari Raya Nyepi yang menjadi representasi Bhuta Kala yang dibakar setelah pawai. Ogoh-ogoh identik berwujud raksasa yang seram.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
zoom-in Fungsi Ogoh-ogoh dalam Perayaan Hari Raya Nyepi, Representasi Bhuta Kala yang Dibakar setelah Pawai
TRIBUN BALI/RIZAL FANANY
Para pemuda mengarak ogoh-ogoh sebagai simbol sifat buruk dalam pawai ogoh-ogoh 2017 menjelang Nyepi tahun Caka 1939 desa Tegalalang, Gianyar, Bali, Minggu (26/3/2017). Berikut ini fungsi ogoh-ogoh dalam perayaan Hari Raya Nyepi. 

TRIBUNNEWS.COM - Fungsi ogoh-ogoh dalam perayaan Hari Raya Nyepi berkaitan dengan kepercayaan agama Hindu.

Ogoh-ogoh adalah perwujudan Bhuta Kala yang berkenaan dengan ritual Nyepi di Bali.

Sebagai penggambaran Bhuta Kala, ogoh-ogoh memiliki tampilan yang identik seram dan besar, seperti raksasa.

Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tidak terukur dan tidak terbantahkan, dikutip dari Pemerintah Kabupaten Buleleng.

Selain itu, ogoh-ogoh sering digambarkan sebagai wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga, dan Naraka.

Misalnya, naga, gajah, widyadari, dan ada yang menyerupai tokoh terkenal.

Baca juga: Kumpulan Ucapan Nyepi: Rahajeng Nyanggra Rahina Nyepi Caka 1945

Fungsi Ogoh-ogoh

BERITA TERKAIT

Ogoh-ogoh berfungsi sebagai representasi dari Bhuta Kala, yang diarak atau pawai keliling lingkungan sekitar menjelang Hari Raya Nyepi.

Menurut para praktisi Hindu Dharma, proses pengarakan Ogoh-ogoh ini melambangkan manusia yang tidak luput dari kesalahan atas kekuatan alam dan waktu yang maha dahsyat, dikutip dari Museum Nusantara.

Kekuatan yang dimaksud meliputi kekuatan Bhuana Agung (kekuatan alam raya) dan Bhuana Alit (kekuatan diri manusia).

Tujuan pawai ogoh-ogoh ini agar energi negatif di lingkungan itu ikut bersama ogoh-ogoh.

Bagi orang yang ikut pawai ini akan mengikuti ritual minum arak, yang menyimbolkan sifat buruk manusia.

Proses pawai ini diiringi dengan gamelan dan tari-tarian.

Kemudian, diakhiri dengan membakar ogoh-ogoh, yang menyimbolkan pembakaran sifat buruk dan energi negatif, seperti yang dimiliki Bhuta Kala.

Walikota Malang, Sutiaji (kanan) di dampingi Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika (kiri) dan forpimda Kota Malang memberangkatkan parade pawai Ogoh-ogoh di Alun-alun Tugu, Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (21/3/2023). Umat hindu melaksanakan upacara Tawur Agung Kesanga untuk menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945. SURYA/PURWANTO
Walikota Malang, Sutiaji (kanan) di dampingi Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika (kiri) dan forpimda Kota Malang memberangkatkan parade pawai Ogoh-ogoh di Alun-alun Tugu, Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (21/3/2023). Umat hindu melaksanakan upacara Tawur Agung Kesanga untuk menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945. SURYA/PURWANTO (SURYA/SURYA/PUR)

Baca juga: Tradisi Adat saat Hari Raya Nyepi, Upacara Melasti hingga Ngembak Geni

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas