TNI Beberkan Bentuk-bentuk Propaganda KKB dalam Berbagai Aksi Teror di Papua
Dalam aksi serangannya KKB sering mengeluarkan propaganda, salah satunya fitnah terhadap pasukan TNI-Polri.
Editor: Hasanudin Aco
Namun dengan kehadiran aparat keamanan TNI-Polri dari Satgas Yonif 305/Tengkorak, KKB berhasil diusir dari kampung tersebut.
"KKB selalu meresahkan dan selalu menyusahkan masyarakat. Saat ini masyarakat sudah berani melawan gerombolan KKB termasuk pegawai-pegawai pemerintahan di Intan Jaya," ujar Herman.
Dengan propaganda yang kerap disebar oleh KKB. TNI meminta agar semua pihak termasuk media untuk lebih selektif dan tidak mudah percaya dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh KKB.
"Tidak mungkin aparat keamanan TNI-Polri menyengsarakan masyarakat. Apalagi sampai menembak dan membunuh warga sipil. Yang pasti tugas TNI-Polri membantu pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat di wilayah Papua," pungkas Herman.
Bantahan TPNPB-OPM
Sementara itu juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, membantah pernyataan dari TNI tersebut. Bahkan dia malah menuding balik jika TNI-Polri yang melakukan teror di Papua, terutama wilayah Intan Jaya.
“Mereka yang teror dan bunuh orang asli Papua. Itu dilakukan oleh TNI-Polri. Jadi kami bisa memberikan pembuktian, fakta-fakta di lapangan menunjukkan bahwa TNI-Polri yang kejam dan brutal terhadap orang asli Papua,” katanya.
Kemudian, KKB juga dilaporkan telah melakukan penembakan terhadap pesawat Asian One Cessna Grand Carava C208B saat mendarat di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, Jumat (14/4).
Meskipun dihujani tembakan, pesawat tersebut kembali diizinkan terbang kembali ke Timika.
“Kami berhasil menembak satu pesawat yang mengangkut logistik TNI-Polri. Kami sudah berulang kali menyampaikan kepada pemerintah Indonesia. Namun masih saja kepala batu menerbangkan pesawat masuk di wilayah zona perang,” ungkap Sebby.
Amnesty Internasional: Masyarakat Sipil Paling Terdampak
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid, mengatakan masyarakat sipil menjadi pihak yang paling terdampak akibat kekerasan terkait pemberontakan di Papua.
Hal itu menunjukkan bahwa pendekatan operasi keamanan sebenarnya tidak tepat untuk dilanjutkan.
“Kematian akibat kekerasan terkait pemberontakan jumlah yang paling besar adalah warga sipil. Itu menunjukkan jelas warga sipil menjadi pihak yang paling terdampak. Tapi juga anggota TNI-Polri serta kelompok pemberontak mengalami kematian yang tidak sedikit,” kata Usman dalam sebuah diskusi, Jumat (14/4).