Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

4 Kasus Polisi Bunuh Diri Januari-April 2023, Penyebab Kematian AKBP Buddy Diragukan Keluarga

AKBP Buddy ditemukan tewas ditabrak kereta di dekat Pasar Enjo, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu. Polisi menduga AKBP Buddy sengaja bunuh diri.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in 4 Kasus Polisi Bunuh Diri Januari-April 2023, Penyebab Kematian AKBP Buddy Diragukan Keluarga
Ist, TribunJakarta.com/Bima Putra
Kepala Satuan Narkoba Polres Jakarta Timur, AKBP Buddy Alfrits Towoliu (kiri) dan evakuasi jenazah Buddy di Pulogadung, Jakarta Timur, Sabtu (29/4/2023) (kanan). Keluarga menduga kematian AKBP Buddy Alfrits Towoliu bukan karena bunuh diri melainkan terkait dengan kasus yang sedang ditangani. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam rentang 4 bulan ini terhitung sejak Januari hingga April 2023, sebanyak 4 anggota Polri meregang nyawa dengan cara mengakhiri hidupnya.

Mereka adalah Bripka Arfan Saragih, anggota Polres Samosir; Briptu RF, anggota Polda Gorontalo; Bripda DK, anggota Ditsamapta Polda Banten dan yang terbaru adalah AKBP Buddy Alfrits Towiliu.

Bripka Arfan Saragih (Bripka AS) ditemukan meninggal dunia pada 23 Januari 2023 lalu.

Dia disebut-sebut meninggal lantaran meminum racun sianida.

Baca juga: Fakta-fakta AKBP Buddy Alfrits Towoliu yang Tewas Tertabrak Kereta Api, Diduga Bunuh Diri

Dua bulan kemudian, tepatnya Sabtu (25/3/2023), giliran ajudan Kapolda Gorontalo Irjen Helmy Santika, Briptu RF, ditemukan tewas.

Briptu RF ditemukan tewas di dalam mobil dinas Polri yang terparkir di Desa Ombulo, Kabupaten Gorontalo.

Briptu RF meninggal dengan luka tembak di dada kiri.

Berita Rekomendasi

Lalu anggota Ditsamapta Polda Banten Bripda DK mengakhiri hidupnya, Jumat (31/3/2023) pagi.

Dia diduga dengan menembakkan senjata api di rumahnya di Griya Baladika Asri, Kelurahan Drangong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Banten.

Bripka DK ditemukan meninggal oleh ibunya sendiri, MA.

Kasus bunuh diri terbaru adalah AKBP Buddy Alfrits Towiliu.

Baca juga: Tak Percaya Kasat Narkoba Polres Jaktim Bunuh Diri, Keluarga Sebut Almarhum Sejahtera dan Bahagia

AKBP Buddy ditemukan tewas ditabrak kereta di dekat Pasar Enjo, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (29/4/2023).

Polisi menduga AKBP Buddy sengaja bunuh diri.

Kesimpulan sementara itu diambil setelah polisi memeriksa saksi, yakni masinis kereta api Tegal Bahari yang saat itu melintas dan melihat AKBP Buddy Alfrits ada di rel.

AKBP Buddy Diduga Meninggal Terkait Kasus Narkoba

Berbeda dengan dugaan polisi, pihak keluarga malah menduga kematian AKBP Buddy Alfrits Towoliu terkait dengan kasus yang sedang ditangani.

Dugaan ini karena beberapa saat sebelum jasad Buddy ditemukan di perlintasan rel kereta api dekat Stasiun Jatinegara, korban sempat mendapat telepon dari seseorang tidak dikenal.

Panggilan telepon itu diduga membuat Buddy yang sedang berada di Mapolres Metro Jakarta Timur untuk mendekorasi ruang barunya memilih pergi dengan menggunakan taksi online.

Baca juga: Kapolda Gorontalo Berjanji Ungkap Kasus Kematian Briptu RF

Dalam hal ini pihak keluarga menilai sosok yang menghubungi Buddy sebelum kejadian bukan orang sembarang, karena membuat perwira menengah itu memilih pergi tidak dengan mobil pribadi.

Bahkan pada Sabtu (29/4/2023) sekira pukul 09.00 WIB Buddy dan seorang keponakannya sedang berada di Mapolres Metro Jakarta Timur untuk mendekorasi ruang barunya sebagai Kasat Narkoba.

"Apa karena jabatan baru ini mungkin diduga dia mau sidik (penyidikan). Karena Kasat Narkoba, kalau sidik kan berhadapan dengan mafia," kata Paman Buddy, Cyprus, Sabtu (29/4/2023).

Diduga Sudah Meninggal Setelah Ditabrak Kereta

Menurut pihak keluarga ada kemungkinan Buddy sudah meninggal terlebih dahulu sebelum tertabrak kereta api (KA) 320 Tegal Bahari lalu jasadnya dibiarkan di rel untuk menghilangkan barang bukti.

Mereka juga menolak hasil penyelidikan sementara Polda Metro Jaya bahwa Buddy memilih mengakhiri hidup karena semasa hidup tidak memiliki riwayat masalah kejiwaan, maupun ekonomi.

"Kami menduga mungkin sudah ada perbuatan sebelumnya. Dibunuh baru dibuang di tengah rel kereta. Namanya salah satu cara menghilangkan jejak," ujarnya.

Cyprus meminta kepada publik tidak menduga Buddy bunuh diri karena jajaran Ditreskrimum Polda Metro Jaya dan Satreskrim Polres Metro Jakarta Timur masih melakukan penyelidikan.

Baca juga: Anggota Polda Banten Meninggal Tak Wajar: Kronologi dan Kesaksian Ibu dari Bripda DK

Pihak keluarga meyakini penyebab kematian korban baru dapat dipastikan setelah sosok yang menelepon Buddy beberapa saat sebelum meninggal dunia terungkap.

"Siapa yang menelpon yang terakhir itu. Dari menelpon sampai dia berangkat itu enggak sampai satu jam meninggal. handphonenya sekarang diamankan penyidik sebagai barang bukti," tuturnya.

Berikut 3 kasus polisi bunuh diri sebelum meninggalnya AKBP Buddy Alfrist seperti dihimpun Tribunnews:

1. Bripda Arfan Saragih

Bripda Arfan disebut-sebut meninggal lantaran meminum racun sianida pada 23 Januari 2023 lalu.

Namun keluarga korban merasa curiga.

Keluarga menduga kematian Bripka AS bukan karena racun, tapi karena dibunuh.

Bripka AS juga sempat dituduh melakukan penggelapan pajak kendaraan, sebelum ditemukan meninggal.

Istri korban, Jenni Simorangkir mengklaim suaminya selain dituduh melakukan penggelapan pajak kendaraan warga, juga sempat diancam oleh Kapolres Samosir.

Jenni mengatakan sebelum sang suami meninggal, dirinya dan Bripka AS sempat dipanggil oleh Kapolres Samosir AKBP Yogie Hardiman.

Kecurigaan atas kematian Bripka AS juga disampaikan Fridolin Siahaan selaku kuasa hukum keluarga.

Fridolon mengungkapkan adanya dugaan yang janggal terkait kematian Bripka Arfan Saragih (Bripka AS).

Fridolin mengatakan Bripka AS diduga dijadikan tumbal untuk menutup kasus penggelapan pajak di Samsat Pangururan, Kabupaten Samosir.

"Jangan-jangan almarhum (Bripka AS) dikorbankan untuk menjadi tumbal dalam kasus penggelapan pajak di Samsat Pangururan," ungkap Fridolin, dikutip dari YouTube Kompas TV, Jumat (24/3/2023).

Ia mengungkapkan bahwa hal tersebut dilakukan agar kasus penggelapan pajak tersebut tidak bisa ditelusuri.

"Artinya supaya rantai ini terputus, jadi beliau sudah meninggal dan tidak bisa diambil keterangannya lebih lanjut."

"Dan siapa saja yang terlibat dalam kasus penggelapan tersebut tidak bisa ditelusuri," terangnya.

2. Kematian Ajudan Kapolda Gorontalo

Kematian Briptu RF juga dinilai janggal oleh keluarganya.

Ayah Briptu RF, Muslih menyampaikan kejanggalan di balik kematian putranya itu.

Muslih diketahui juga adalah seorang polisi dan mantan penyidik.

Muslih menilai kematian Briptu RF janggal karena korban tidak memperlihatkan tanda-tanda mencurigakan sebelum ditemukan tewas di dalam mobil dinas.

"Saya sendiri mantan penyidik (polisi). Kalau kasus itu dinyatakan BD (bunuh diri) berarti berhenti, maka saya minta Kapolda (Gorontalo) untuk dilakukan penyelidikan agar jelas motifnya," kata Muslih dikutip Tribunjateng.com, Senin (27/3/2023).

Muslih mengaku bisa menerima kematian Briptu RF bila memang penyebabnya karena bunuh diri.

Namun keluarga membutuhkan pembuktian fakta-fakta yang dapat diterima menurut akal sehat.

"Ibaratnya kalau ada hujan pasti ada mendung. Lha, ini nggak ada mendung kok tiba-tiba hujan," ujarnya.

"Itu yang kami pertanyakan sampai saat ini," kata Muslih.

Apalagi menurut Muslih, sebelum memasuki puasa ramadan, Briptu RF sempat melakukan panggilan video kepada ibunya.

Saat komunikasi terakhir itu, Briptu RF tidak menceritakan ada masalah yang tengah dihadapinya.

"Kabar terakhir nggak ada masalah apa-apa, terakhir kontak sebelum puasa. Video call dengan ibunya," ujar Muslih.

Muslih juga mengatakan sebagai orang tua, dirinya tidak pernah mengajarkan hal-hal negatif kepada anak-anaknya.

"Saya juga tidak pernah mendidik anak seperti itu."

"Kalau ada permasalahan juga tidak pernah sampai yang seperti ini."

"Cuma nggak tahu kalau di luar," kata Muslih.

Muslih merasa kehilangan anaknya yang meninggal dunia secara tidak wajar.

"Merasa kehilangan karena selama ini tidak pernah sedikitpun mengeluh persoalan yang terjadi," ungkapnya.

Briptu RF dikenal sebagai seseorang yang pendiam dan dekat dengan keluarga.

"Orangnya pendiam dan baik juga."

"Kalau ada apa-apa juga ngomong sampai ada seperti ini kan saya heran," katanya.

Briptu RF, ajudan Kapolda Gorontalo Irjen Helmy Santika ditemukan tewas di dalam mobil dinas Polri, Sabtu (25/3/2023).

Briptu RF diduga bunuh diri di dalam mobil dinas yang terparkir di Desa Ombulo, Kabupaten Gorontalo.

Briptu RF meninggal dengan luka tembak di dada kiri.

Berdasarkan hasil penyelidikan sementara Polda Gorontalo, Briptu RF diduga bunuh diri gara-gara persoalan asmara.

Namun Polda Gorontalo belum mengetahui siapa seseorang yang membuat Briptu RF kecewa.

Dirkrimsus Polda Gorontalo, Kombes Nur Santiko, mengungkapkan pihaknya mendapatkan keterangan bahwa Briptu RF menyukai seseorang.

"Keterangan yang lain bahwa ada seseorang yang ia (Briptu RF) sukai."

"Yang bersangkutan mengenal seseorang, ini yang kami akan dalami lagi. Orang ini siapa?" kata Kombes Nur Santiko, Minggu (26/3/2023), dikutip dari TribunGorontalo.com.

Selanjutnya, Polda Gorontalo akan mencari tahu timbulnya kekecewaan hingga menyebabkan Briptu RF diduga bunuh diri.

"Dan kenapa timbul kekecewaan. Karena mengenal seseorang ini ada kekecewaan, ini yang akan kami dalami," jelasnya.

Menurut Nur Santiko, keluarga hanya tahu Briptu RF memiliki sedikit masalah dengan pacar yang lama.

"Namun dengan yang (pacar) baru, keluarga belum tahu," imbuh dia.

3. Kematian Bripka DK

Bripda DK (21), anggota Ditsamapta Polda Banten ditemukan tewas di rumah orang tuanya di Kelurahan Drangong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Jumat (31/3/2023) pagi.

Saat ditemukan, terdapat senjata api laras panjang jenis SS1 V2 di dekat tubuh jasad Bripda DK.

Bripda DK diketahui baru 1,3 tahun menjadi anggota Polri.

Hingga saat ini belum diketahui motif Bripda DK nekat mengakhiri hidupnya dengan senjata api yang merupakan inventarisir Polda Banten itu.

Namun perilaku aneh ditunjukkan Bripda DK sebelum kematiannya.

Bripda DK disebut sempat menghitung jumlah peluru bersama ibundanya.

Dia menyebut pistol inventaris yang dipegangnya akan diserahkan ke Polda Banten keesokan harinya.

Selain itu Bripda DK juga mengeluh kepada ibunya dan berharap dapat dimutasi ke Tangerang.

Informasi ini disampaikan Wulan, tetangga korban.

Dikutip dari Tribun Banten, Wulan mengatakan, pada Kamis (30/3/2023) atau sehari sebelum tewas, Bripda DK baru selesai dinas luar di PLTU Suralaya, Kota Cilegon.

DK mengeluh kepada ibunya dan ingin agar dirinya dimutasi ke Tangerang.

Menurut Wulan, ibu korban sempat bercerita bahwa anaknya ingin mutasi ke Tangerang sambil kuliah di sana.

"Pada Kamis malam, ibu dan almarhum sempat menghitung peluru, korban sempat berkata ini (senjata api-red) besok mau diserahkan ke Polda," kata Wulan di kediaman duka.

"Ini cerita ibu korban yah, yang bercerita ke saya," ungkap Wulan menegaskan.

Menurut Wulan, pada Kamis malam di rumah korban yang terletak di Kelurahan Drangong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, hanya ada ibu korban dan DK.

Sementara ayah korban berada di warung tempatnya berjualan buah yang terletak di depan Komplek ruko Griya Baladika.

"Korban adalah anak satu-satunya. Saat malam itu cuma ada dia dan ibunya, korban juga sempat ikut sahur tapi katanya cuma minum air putih doang, terus masuk lagi ke dalam kamar," ungkapnya.

Wulan melanjutkan, pada pukul 05.30 WIB, ibu korban sempat mendengar suara ledakan yang dikira adalah suara petasan.

Namun saat dilihat ke kamar DK, ibu korban langsung kaget melihat darah dengan kondisi tubuh DK telentang di atas kasur.

Saat itu, ibu korban langsung teriak meminta tolong dan menelepon Wulan untuk membawa ambulans, karena sang ibu masih mendengar suara rintihan DK.

"Ibu korban masih mendengar suara alhamarhum 'hrekhrek' makanya menghubungi saya disuruh bawa ambulans, untuk membawa korban semoga bisa diselamatkan," ungkapnya.

Wulan menjelaskan, ibu korban juga sempat memindahkan tubuh Bripda DK. Namun, nahas saat itu juga DK menghembuskan napas terakhir.

"Saat saya tiba di lokasi, tubuh ibu korban dipenuhi darah. Saat itu tubuh korban miring di atas kasur dengan kondisi senjata ada di belakang korban," ujarnya.

Wulan menceritakan, kondisi ibu korban kala itu. Kata dia, ibu korban tidak henti-henti menangis melihat anaknya.

"Kami juga panik, kaget, tidak menyangka. Itu mah semua panik melihat almarhum seperti itu," pungkasnya.

Sumber: (Tribunnews) (Tribun Medan) (Tribun Gorontalo) (Tribun Banten) (Kompas.com) (Tribun Jakarta)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas