Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Arti Tut Wuri Handayani, Semboyan Populer dari Ki Hajar Dewantara

Berikut arti makna semboyan dari Ki Hajar Dewantara, Tut Wuri Handayani.

Penulis: Ifan RiskyAnugera
Editor: Daryono
zoom-in Arti Tut Wuri Handayani, Semboyan Populer dari Ki Hajar Dewantara
https://www.twibbonize.com/
Hari Pendidikan Nasional diperingati pada 2 Mei. Berikut arti makna dari semboyan Tut Wuri Handyani. 

Ki Hajar Dewantara merupakan keluarga dari bangsawan Pakualaman, putra dari GPH Soerjaningrat atau cucu Sri Paku Alam III.

Sebagai bangsawan Jawa, ia menyelesaikan pendidikan ELS (Europeesche Lagere School) yaitu sekolah rendah untuk anak-anak Eropa.

Selanjutnya, ia mendapatkan kesempatan masuk di STOVIA ( School tot Opleiding Voor Inlandsche Artsen) yang biasa disebut Sekolah Dokter Jawa.

Namun, karena kondisi kesehatannya tidak mengizinkan Ki Hajar Dewantara pun tidak tamat dari sekolah ini.

Selain itu, ia menggeluti profesi jurnalisme yang berkiprah di beberapa surat kabar dan masa majalah pada waktu itu.

Majalah atau surat kabarnya antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetosan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaya Timoer, dan Poesara yang mengeluarkan kritik Sosial-Politik kaum bumiputra kepada penjajah.

Jiwanya sebagai pendidik sudah tertanam di dalam jiwanya dan direalisasikan dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa pada tahun 1922 untuk mendidik masyarakat bumiputra.

BERITA TERKAIT

Sebagai figur dari keluarga bangsawan Pakualaman Ki Hajar Dewantara memiliki kepribadian sangat sederhana dan sangat dekat dengan rakyat.

Jiwanya menyatu melalui pendidikan dan budaya lokal Jawa guna menggapai kesetaraan sosial-politik dalam masyarakat kolonial.

Kekuatan-kekuatan inilah yang menjadi dasar untuk ia memperjuangkan kesatuan dan persamaan nasionalisme kultural sampai dengan nasionalisme politik.

Keteguhannya untuk memperjuangkan nasionalisme Indonesia melalui pendidikan dilakukan dengan resistansi terhdap Undang-undang Sekolah Liar 1932.

Yaitu Undang-undang yang membatasi gerak nasionalisme pendidikan Indonesia hingga akhirnya dihapus oleh pemerintah kolonial.

Perjuangannya di bidang politik dan pendidikan inilah yang kemudian pemerintah Republik Indonesia menghormatinya, dan Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1950.

(Tribunnews.com/Ifan/Devi Rahma)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas