Bahaya Kandungan Mikroplastik di AMDK Botol dan Gelas Plastik
Ukuran mikroplastik yang ditemukan beragam, mulai dari 6,5 mikrometer atau setara sel darah merah, hingga lebih dari 100 mikrometer.
Penulis: Nurfina Fitri Melina
Editor: Vincentius Haru Pamungkas
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah penelitian global yang dilakukan State University of New York at Fredonia dan didukung organisasi media nirlaba di Amerika Serikat, Orb Media menunjukkan bahwa Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) plastik yang dikonsumsi masyarakat ternyata mengandung mikroplastik berbahaya.
Penelitian ini menguji 259 botol air minum dari 11 merek yang dijual di delapan negara, termasuk Indonesia. Hasilnya, 93 persen AMDK yang menjadi contoh ternyata mengandung mikroplastik.
Ukuran mikroplastik yang ditemukan beragam, mulai dari 6,5 mikrometer atau setara sel darah merah, hingga lebih dari 100 mikrometer atau setara dengan diameter rambut manusia.
“Indonesia menjadi salah satu negara yang diambil sampelnya karena memiliki pangsa besar air minum dalam kemasan. Tim peneliti mengambil 30 botol merek milik market leader AMDK dari Jakarta, Bali, dan Medan dan dibawa ke New York pada November 2017 untuk diuji di laboratorium State University of New York at Fredonia,” demikian paparan tim peneliti via publikasi rilis yang diterbitkan.
Bahaya mikroplastik dalam AMDK
Ahli toksikologi dari Universitas Indonesia, Budiawan menjelaskan bahwa kandungan partikel mikroplastik dalam air minum dapat menimbulkan dampak kesehatan yang serius.
Hal ini dikarenakan partikel mikroplastik tersebut dapat diserap dan masuk ke dalam aliran darah. Selain itu, akumulasi mikroplastik dalam tubuh dapat mengganggu kerja organ vital seperti ginjal dan hati. Akumulasi terjadi kalau tubuh tidak mengeluarkan partikel asing secara alami lewat ekskresi
Selain itu, ahli nutrisi, Tan Shot Yen, juga mengatakan bahwa semakin kecil partikel mikroplastiknya, maka akan semakin mudah dan semakin banyak diserap oleh sel-sel di dalam tubuh.
Pernyataan tersebut merujuk pada salah satu penelitian dari Pusat Informasi Bioteknologi Nasional Amerika Serikat tentang dampak partikel itu terhadap plankton di perairan bebas yang telah tercemar.
“Dampak terberatnya adalah gangguan pertumbuhan dan reproduksi. Tentu saja, jika mencetuskan radikal bebas, resiko kanker tidak bisa ditepis,” kata Tan.
Bukan hanya kemasan botol plastik
Di luar botol plastik, riset terbaru yang dilakukan oleh para peneliti dari Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP), Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, bekerja sama dengan lembaga FMCG Insights menunjukkan, AMDK gelas plastik ternyata juga paling banyak terkontaminasi mikroplastik.
Penelitian ini dilakukan terhadap beberapa merek AMDK dalam berbagai bentuk kemasan, yaitu botol, galon, dan gelas. Dari tiap-tiap merek dan kemasan diambil sampel empat buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ada lima dari total 48 sampel yang tidak terkontaminasi oleh mikroplastik.
“Dengan kata lain, ada 89,6 persen sampel AMDK yang terkontaminasi mikroplastik,” kata Khusnul Yaqin, salah satu peneliti utama yang bersama timnya melakukan penelitian dan pengambilan sampel di Makassar, Sulawesi Selatan.
Berdasarkan hasil penelitian timnya, ia mengatakan bahwa mikroplastik yang ditemukan di dalam AMDK bisa juga berasal dari sumber air bakunya atau mikroplastik yang ada di udara pada saat proses pengemasan AMDK.
“Yang menjadi perhatian saat ini adalah keberadaan mikroplastik dalam jumlah besar di badan perairan, yang bisa berakibat fatal bagi biota laut,” kata ahli ekotoksikologi itu. Dengan kata lain, mikroplastik bisa berpengaruh pada rantai pangan yang nantinya masuk dan terakumulasi di dalam tubuh manusia.
Terkait hal ini, tak bisa dilepaskan dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab sebagai produsen agar bisa mengambil langkah untuk bisa mengambil solusi dan mengurangi risiko penyebaran mikroplastik dari konsumsi makanan laut ke tubuh manusia serta sampah di perairan Indonesia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.