Demo di Depan Kemenkes, Osem Penderita Hepatitis Keluhkan Stok Kosong Obat Hepatitis C
Massa yang didominasi penderita Hepatitis positif itu menyambangi Gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jakarta Selatan
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Puluhan massa yang menamakan diri sebagai Gabungan Organisasi Peduli Hepatitis mendesak pemerintah untuk melakukan pengadaan obat Hepatitis C yang diklaim telah kosong sejak delapan bulan lalu.
Massa yang didominasi penderita Hepatitis positif itu menyambangi Gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jakarta Selatan untuk menyampaikan keinginan mereka.
Ditemui Tribunnews di sela aksi, Koordinator Lapangan aksi damai itu, Osem mengatakan bahwa mereka sengaja mendatangi Gedung Kemenkes karena kosongnya stok obat yang seharusnya dikonsumsi para penderita Hepatitis C.
Baca juga: Kemenkes Kirim 107 Ton Obat dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Jemaah Haji di Arab Saudi
Ia menjelaskan bahwa aksi itu merupakan bentuk solidaritas terhadap para penderita Hepatitis C.
Menurutnya, kekosongan stok obat itu telah berlangsung sekitar 8 bulan.
"Kita dari komunitas menuntut untuk pengadaan kekosongan dari pengobatan Hepatitis C, karena selama ini hampir 8 bulan stok dari obat Hepatitis C yang selama ini dijanjikan oleh pemerintah ternyata kosong," jelas Osem kepada Tribunnews di depan Gedung Kemenkes, Jakarta Selatan, Senin (29/5/2023).
Hal ini menurutnya sangat tidak sesuai dengan jumlah penderita yang mencapai angka 2 juta kasus.
Ia menuding pemerintah hanya menjanjikan pengadaan obat saja.
Padahal obat-obatan itu sangat dibutuhkan oleh para penderita penyakit itu.
"Sedangkan kasus di lapangan hampir 2 juta penderita membutuhkan pengobatan Hepatitis C saat ini, karena selama ini pemerintah hanya menjanjikan untuk pengadaan obat Hepatitis C," kata Osem.
Sebagai salah satu penderita Hepatitis, Osem pun mengakui sangat membutuhkan obat tersebut.
Baca juga: Cara Mudah Atasi Nyeri Haid Tanpa Minum Obat, Kompres Air Hangat hingga Lakukan Gerakan Relaksasi
"Karena saya sendiri sebagai Hepatitis positif, saya pribadi membutuhkan untuk pengadaan obat itu sendiri," papar Osem.
Ia menekankan bahwa para penderita Hepatitis C terakhir mendapatkan obat Direct Acting Antiviral (DAA) itu 8 bulan lalu.
Obat yang mengalami kekosongan stok itu adalah obat program Daclatasvir.
"Yang oral, selama ini kan untuk pengobatan yang diberikan oleh pemerintah yang DAA itu hanya ada 8 bulan yang lalu," tutur Osem.
Osem kemudian menjelaskan bahwa teman-temannya yang selama ini telah menjalani pengobatan harus memulainya kembali dari 0, karena kekosongan obat tersebut.
"Sampai saat ini banyak teman-teman yang sudah treatment (kemudian) putus di jalan. Jadi selama kekosongan, teman-teman harus mulai dari 0 lagi untuk mulai pengobatan," pungkas Osem.
Dalam aksi itu, massa menuntut pemerintah untuk menyediakan obat Hepatitis C bagi para penderita penyakit tersebut.
"Sediakan obat Hepatitis C berkesinambungan," bunyi tulisan dalam poster yang dibawa.
Massa aksi damai ini menjelaskan bahwa salah satu tanggung jawab Kemenkes adalah menyediakan pengobatan untuk penderita Hepatitis C.
Menurut mereka, saat ini pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan seharusnya menyediakan 2 obat program untuk mengobati Hepatitis C, namun obat tersebut tidak selalu tersedia.
Dikutip dari laman www.mayoclinic.org, Hepatitis C merupakan infeksi virus yang menyebabkan peradangan hati dan terkadang menyebabkan kerusakan hati yang serius.
Virus hepatitis C (HCV) menyebar melalui darah yang terkontaminasi.
Hingga saat ini, pengobatan Hepatitis C memerlukan suntikan mingguan dan obat-obatan oral yang sebenarnya tidak dapat dikonsumsi oleh banyak orang yang terinfeksi HCV karena masalah kesehatan lain atau efek samping yang tidak dapat diterima.
HCV kronis biasanya dapat disembuhkan dengan mengkonsumsi obat oral yang diminum setiap hari selama dua hingga enam bulan.
Namun mirisnya, sekitar setengah dari orang dengan HCV tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, terutama karena mereka tidak memiliki gejala.
Butuh waktu waktu puluhan tahun untuk gejala tersebut muncul dan disadari oleh penderitanya.
Di Indonesia, pemerintah mengadopsi tema global untuk penanggulangan Hepatitis dan mencanangkan tema 'Menuju Generasi Bebas Hepatitis'.
Perlu diketahui, secara global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 325 juta orang hidup dengan Hepatitis, dengan lebih dari 1,1 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat Hepatitis B dan Hepatitis C.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.