Kepala BKKBN Tegaskan Pernikahan Dini Berkontribusi Tingkatkan Prevalensi Stunting
Agar tidak memunculkan bayi-bayi baru dengan kondisi stunting, Diharapkan mereka yang kawin di usia muda untuk menunda kehamilannya.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perkawinan dini memberi kontribusi terhadap kenaikan prevalensi stunting di Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. (Hc) dr. Hasto Wardoyo Sp.OG (K)
Pemerintah melakukan intervensi terhadap masalah ini dengan lebih masif.
Mengingat target nasional prevalensi stunting pada 2024 harus sudah mencapai 14 persen dari saat ini 21,6 persen.
Baca juga: Kasus Stunting Dipicu Asupan Gizi Minim, Gaya Hidup dan Kebiasaan Makan yang Keliru
"Pemerintah daerah tentu saja harus ikut terlibat aktif dalam program percepatan penurunan stunting," ungkap Hasto pada keterangannya, Selasa (13/6/2023).
Agar tidak memunculkan bayi-bayi baru dengan kondisi stunting, Hasto meminta agar mereka yang kawin di usia muda untuk menunda dulu kehamilannya.
Beberapa kondisi kesehatan yang menandakan belum memungkinkan untuk hamil.
Di antaranya seperti hemoglobin (anemia) masih tinggi.
Lingkar lengan atas kurang dari 23 sentimeter.
Ditambah dengan masalah kondisi kesehatan lainnya, maka jangan dulu hamil.
"Perbaiki dulu kondisi kesehatan agar tidak melahirkan bayi stunting," kata Hasto menambahkan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.