Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Denny JA Ungkap Empat Pendapat Soal Kurban Hewan Idul Adha

Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, Denny JA pun merenungkan kisah Nabi Ibrahim di Hari Raya Idul Adha lewat empat tulisan

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Denny JA Ungkap Empat Pendapat Soal Kurban Hewan Idul Adha
Dokumentasi pribadi
Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, Denny JA. 

Tapi kemudian, pembunuhan atas anak sendiri batal dan diganti dengan kurban hewan. Itulah awal dari tradisi turun-temurun kurban hewan untuk Tuhan.

Namun, Ali Muttaqi juga mengutip ayat Alquran Surat Al-Hajj Ayat 37: 'Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah. Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.'

Melalui surat itu, Ali Muttaqi menyatakan, yang mencapai Allah bukan daging atau darah kurban, namun ketakwaan. Muttaqi menganjurkan kurban hewan di Idul Adha ditafsir ulang. 

Pada zaman modern saat ini, dengan animal rights, kurban hewan massal dinilai tak lagi sesuai. Sebab, yang penting dalam kurban bukan hewannya, namun sikap ketakwaan.

“Ini sikap ketiga, mempromosikan untuk tak lagi kurban hewan massif dalam rangka ritual agama. Alasannya diambil dari tafsir atas surat Alquran sendiri,” terang Denny JA.

Keempat, media Inggris, The Sun, menulis artikel yang berjudul 'Blood in the Street. Eid Al adha animal sacrifice festival sees road turn red with blood as cow beheaded.' 

Dalam Bahasa Indonesia, 'Darah di Jalan.  Festival kurban hewan Idul Adha jalan berubah merah dengan darah saat sapi dipenggal).'

Berita Rekomendasi

Dalam berita tersebut, dilihat dari kacamata dunia modern non Islam, digambarkan bahwa anak-anak menyaksikan begitu banyak hewan meronta kesakitan dibunuh atas nama Tuhan.

“Ini sikap keempat, mengkritik kurban hewan di publik yang disaksikan anak-anak. Seraya mempertanyakan apakah kurban hewan secara masif itu higienis, sehat, dan masih tepat untuk zaman ini,” ungkap Denny JA

Menurut Denny JA, pemerintah tidak perlu ikut campur dalam tafsir publik atas tiga sikap yang berbeda soal kurban hewan dan dibiarkan sebagai hak pemeluk menafsir agama.

Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) ini berpendapat, sikap MUI yang menyatakan kurban hewan tak bisa diganti uang harus dihormati. 

Lalu, sikap Muhammadiyah yang menyatakan untuk situasi khusus kurban hewan dapat diganti uang juga harus dihormati.

Sementara, sikap seperti Ali Muttaqi yang berdasarkan tafsir atas ayat Alquran meyakini kurban hewan perlu ditafsir ulang pun menjadi hak pemeluk agama menafsir agamanya sendiri. 

Meski begitu, kata dia, sikap Ali Muttaqi lebih radikal ketimbang sikap Muhammadiyah. Jika Muhammadiyah menyatakan kurban hewan dapat diganti uang sedekah hanya untuk kondisi tertentu, Muttaqi menyebut kurban hewan dapat diganti untuk semua kondisi karena zaman berubah.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas