Gandeng Badan Bahasa, ASPIKOM Jabodetabek Gelar Lokakarya Isi Kelangkaan Buku Literasi Digital
kelangkaan buku literasi digital yang selama ini ada, mesti segera diisi dengan penerbitan buku ajar dan buku referensi bertemakan literasi digital.
Penulis: Johnson Simanjuntak
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Bidang Penerbitan Buku, Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM) Jabodetabek, Dr. Agustinus Rusdianto Berto, S.Sos., M.Si mengatakan, kelangkaan buku literasi digital yang selama ini ada, mesti segera diisi dengan penerbitan buku ajar dan buku referensi bertemakan literasi digital.
“ASPIKOM harus melakukan terobosan untuk memutus rantai kelangkaan buku ajar dan buku referensi bertemakan literasi digital, target kita nanti dapat menerbitkan 5 buku” kata Berto, panggilan akrab Agustinus Rusdianto Berto pada penutupan lokakarya sehari bertema "Memutus Kelangkaan Buku Literasi Digital" yang diselenggarakan bersama ASPIKOM Jabodetabek dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di Aula Sasadu Gedung M. Tabrani, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta, Rabu (5/7/2023).
Berto mengungkapkan, tujuan diselenggarakannya lokakarya ini untuk meningkatkan kompetensi dosen-dosen komunikasi di Indonesia dalam kemampuan penulisan buku ajar dan buku referensi yang bertemakan literasi digital.
Selain itu, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas penerbitan buku ajar dan buku referensi yang bertemakan literasi digital pada kalangan dosen-dosen komunikasi di Indonesia.
“Kita juga ingin menjembatani upaya kolaboratif dosen-dosen komunikasi di Indonesia dalam rangka penulisan,” katanya.
Sementara Ketua ASPIKOM Korwil Jabodetabek periode 2022-2025, Rini Sudarmanti mengatakan, lokakarya sehari ini diharapkan memberi motivasi sangat tinggi bagi para anggota untuk menulis buku, sesuai dengan target dan rencana yang telah disusun.
Lokakarya "Memutus Kelangkaan Buku Literasi Digital" dibuka oleh Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, S.Sos., M.Si ini menampilkan narasumber yang sangat kompeten di bidangnya yaitu Bambang Trimansyah, seorang penulis dan editor, juru latih, dan konsultan penerbitan, Dr. Maryanto, M.Hum dari Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Alex Westcott Campbell, Senior Editor of Humanities and Social Science (Southeast and East Asia), Springer Nature, dan Manajer Penerbitan dan Produksi, Penerbit Salemba Empat, Novietha Indra Sallama.
Dua moderator memandu lokakarya yang dibagi dalam dua sesi yaitu pertama Dr. Tatik Yuniarti, M.I.Kom dari Universitas Islam 45 Bekasi dan Latifa Ramonita, M.I.Kom dari Institut Komunikasi dan Bisnis London School of Public Relation.
Tiga Hal Pokok
Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin dalam sambutan pembukaan mengatakan, ada tiga hal penting Badan Bahasa yaitu melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan di bidang bahasa dan sastra. Dan dalam kaitan tiga tugas dan fungsi Badan Bahasa yaitu literasi bahasa dan kesusasteraan, perlindungan bahasa dan sastra, dan internasionalisasi Bahasa Indonesia, maka literasi sangat penting untuk ditingkatkan.
Hafidz Muksin juga mengungkapkan hasil studi PISA soal literasi kebahasaan dan kesusasteraan, belum menggembirakan, artinya masih di bawah standar ideal. Begitu juga hasil Asessment Kemendikbudristek, literasi di kalangan siswa masih rendah.
“Dapat digambarkan bawah 1 dari 2 siswa kita literasinya rendah, dan ini masuk situasi darurat. Karena itu kami mendukung upaya-upaya termasuk dari ASPIKOM untuk meningkatkan literasi,” katanya.
Menurut Hafidz, Badan Bahasa sendiri dalam tahun 2022 telah mencetak 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu yang sudah dimanfaatkan satuan pendidikan dan dampaknya luar biasa yaitu menimbulkan semangat belajar karena buku-buku yang dibaca sangat menarik. Setiap satuan pendidikan di Tanah Air dikirimi 1000 buku.
Sementara itu penyaji dari Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan Dan Pembinan Bahasa, Dr. Maryanto, M.Hum memaparkan tentang Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Digital Penggunaan Bahasa Yang Sesuai Dengan (Kebenaran) Kaidah.
Ada tiga hal yang ditekankan Maryanto kepada peserta lokakarya yakni: pertama, peserta lebih bersikap positif terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang (baik dan) benar. Kedua, peserta lebih berpengetahuan mengenai tata nilai kebenaran kaidah dalam bahasa Indonesia, dan ketiga, peserta lebih terampil dalam menerapkan kaidah bahasa Indonesia untuk berkomunikasi secara digital.
Mahir Menulis Buku Akademik
Pembicara yang dikenal sebagai praktisi perbukuan dan telah menulis lebih dari 300 buku berbagai bidang, Bambang Trimansyah alias Bambang Trim memaparkan bagaimana mengasah kemampuan menulis sehingga mahir menuliskan buku bidang akademik yang sangat dibutuhkan kalangan kampus.
Bambang Trim menjelaskan keandalan buku sebagai media massa yaitu tidak berkala (timeless); berdiri sendiri sebagai bacaan; mendalam, tidak dibatasi ruang; melintas batas melalui penerjemahan; dan dapat diperbarui.
Untuk memudahkan peserta, Bambang Trim menjelaskan anatomi buku yang terdiri atas : bagian awal (front matter),bagian isi (text matter),bagian akhir (end matter). Sedangkan unsur bagian akhir berisi lampiran, glosarium (glossary),daftar singkatan (abbreviations), bacaan lanjut (further reading), daftar pustaka/daftar rujukan, daftar kredit gambar, penjurus (index), riwayat singkat penulis.
Baca juga: Pengurus ASPIKOM Korwil Jabodetabek Periode 2022-2025 Resmi Dilantik
Sedangkan mengenai proses standar menulis, Bambang Trim membaginya dalam beberapa tahapan yakni pramenulis, tahap menemukan gagasan, mengembangkan gagasan, dan mengumpulkan bahan penulisan. Lalu, tahap menulis draft, dilanjutkan tahap menulis draf naskah sesuai dengan kerangka yang telah disusun dengan menggunakan bahan yang tersedia, tahap revis, dan tahap menyempurnakan draf tulisan dari segi sistematika dan penyajian naskah.
Proses tersebut lanjut Bambang Trim menyunting, tahap memperbaiki draf naskah dari kelemahan dan kesalahan, mencakup soal legalitas, norma, bahasa, materi, dan keterhubungan antarbagian, dan tahap mengirimkan naskah ke penerbit atau memublikasikannya secara mandiri melalui media.
Sementara Editor Senior dari Springer Singapore, salah satu penerbit buku dan jurnal akademik terbesar di dunia dan pionir penerbitan buku digital, yakni Alex Westcott Campbell, memaparkan bahwa ada tren peningkatan penerbitan book chapter dan artikel jurnal dari Indonesia sebesar 22 persen sejak 2009 hingga 2018.
Hal ini tentu menjadi peluang besar bagi para peserta Lokakarya Penulisan Buku untuk menerbitkan karya ilmiah mereka secara internasional, terutama pada isu-isu Sustainable Development Goals (SDGs), yang menjadi prioritas utama dari penerbit Springer Nature. Menariknya, isu prioritas ini sangat relevan dengan permasalahan kelangkaan buku literasi digital (capaian SDG4) yang diangkat menjadi tema utama di dalam lokakarya ini.
Untuk itu, penerbitan buku ajar dan buku referensi literasi digital di Springer bisa melalui beberapa bentuk, seperti Monograph, SpringerBriefs (seperti Book Chapters dan Book Series), Major Reference Works (seperti ensiklopedia).
Buku-buku yang sudah diterbitkan Springer akan dipublikasikan secara Open Access dan berkesempatan diajukan ke Scopus untuk memeroleh indeks bereputasi internasional. Tentunya proses penerbitan perlu dilakukan secara baik mengikuti ketentuan Springer, sebagaimana yang dijelaskankan oleh Campbell mengenai 10 tahapan penerbitan dan hal-hal yang diperbolehkan/dilarang oleh Springer Nature (DOs and DON'TS).
Sedangkan Manajer Penerbitan dan Produksi, Penerbit Salemba Empat, Novietha Indra Sallama menjelaskan secara rinci baik bidang penerbitan di Group Penerbit Salemba Empat maupun proses penerbitan, baik buku cetak maupun jenis buku digital atau E-book.
Dia mengajak para dosen, khususnya anggota ASPIKOM ini untuk mulai merancang dan menulis buku, baik secara oribadi, berdua ataupun bertiga.
“Kami dari Penerbit Salemba Empat akan menyambut baik dan bekerjasama untuk merealisasikan gagasan penulisan buku ajar, utamanya dalam bentuk E-book,” ujarnya.
Baca juga: Kemkominfo Dorong Literasi Digital Hingga Pelosok, Masyarakat Kupang Dibidik Cakap Digital
Pada kesempatan ini, Novietha Indra Sallama memberikan sejumlah saran bagi penulis untuk menerbitkan karyanya antara lain tulisan harus dibuat sendiri oleh penulis, menghindari plagiarisme.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.