Djoko Pekik
Djoko Pekik merupakan pelukis ternama di Indonesia. Djoko Pekik pernah bergabung Lekra
Penulis: Bangkit Nurullah
Bersama Lekra, ia tumbuh menjadi pelukis yang fokus pada sosial kerakyatan, yang menolak segala bentuk kapitalisme.
Pada 1961, Djoko Pekik mendirikan Sanggar Bumi Tarung bersama Amrus Natalsya, Misbach Tamrin, Ng Sembiring, Isa Hasanda, Kuslan Budiman, Sutopo, Adrianus Gumelar, Sabri Djamal, Suharjiyo Pujanadi, Harmani, dan Haryatnopada Tan.
Sanggar yang terletak di Yogyakarta ini berdiri untuk mengajak seniman menggunakan Prinsip 1-5-1 yang dibuat oleh Lekra, sebagai pedoman menciptakan karya.
Maka dari itu, seluruh anggota Sanggar Bumi Tarung harus menjadi anggota Lekra terlebih dahulu. Sebelum 1965, Djoko Pekik tercatat pernah beberapa kali menggelar pameran lukisannya di Jakarta.
Baca Selanjutnya: Sayuti melik
Ditangkap dan dipenjara
Setelah pecah peristiwa G30S pada 1965, Djoko Pekik, yang aktif di Lekra kemudian ditangkap. Hal itu akibat dari pembersihan orang-orang, simpatisan, dan lembaga yang berafiliasi dengan PKI, yang dianggap sebagai dalang peristiwa G30S.
Selain Djoko Pekik, banyak anggota Sanggar Bumi Tarung yang ditangkap oleh aparat. Sanggar ini pun dibubarkan pada masa Orde Baru.
Djoko Pekik ditangkap kemudian ditahan mulai 8 November 1965 di penjara Wirogunan. Ia baru dibebaskan pada 1970-an, setelah tujuh tahun dipenjara.
Karya Fenomenal
Salah satu karya fenomenal dari Djoko Pekik yakni karya lukisnya yang berjudul "Berburu Celeng" yang dibuat pada 1998.
Lukisan Berburu Celeng tersebut dianggap sebagai gambaran keadaan pemimpin Indonesia pada era Orde Baru.
Baca Selanjutnya: Njoto
Aktif Gelar Pameran
Setelah keluar dari penjara, Djoko Pekik sempat vakum melukis dan bekerja serabutan. Akan tetapi, jiwa melukisnya tidak pernah mati.
Sejak penangkapannya, Djoko Pekik baru mulai aktif melakukan pameran pada sekitar 1990-an.