Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

IDI: Indonesia Perlu Punya Sistem Peringatan Dini Polusi Udara

IDI menyebut Indonesia perlu punya sistem peringatan dini polusi udara atau early warning system.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Adi Suhendi
zoom-in IDI: Indonesia Perlu Punya Sistem Peringatan Dini Polusi Udara
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pemandangan gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Selasa (20/6/2023). Berdasarkan laman resmi US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara, tercatat kualitas udara Jakarta berada di angka 152 yang berarti berada pada kategori tidak sehat dan menjadi tingkat polusi udara tertinggi di dunia. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia perlu punya sistem peringatan dini polusi udara atau early warning system.

Hal ini disampaikan Ketua Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof DR Dr Agus Dwi Susanto, SpP(K).

Menurutnya, banyak negara yang telah melakukan uji coba seperti Jepang hingga Thailand.

Lantas seperti apakah sistim peringatan dini polusi udara tersebut?

"Konsep ini adalah bagaimana secara kolaboratif ketika kualitas udara buruk, maka harus ada sistem memberikan tahukan pada masyarakat," ungkapnya pada media briefing virtual, Sabtu (12/8/2023).

Pemberitahuan bisa dilakukan melalui beragam sarana.

Baca juga: Polusi Udara Bisa Berasal dari Dalam Ruangan, Ketahui Apa Saja Sumbernya

Berita Rekomendasi

Misalnya melalui media online, atau secara langsung pada masyarakat sekitar menggunakan kendaraan khusus.

Setelah itu, akan ada pemberitahuan apa yang harus dilakukan pada masyarakat.

Bisa dengan imbauan untuk jangan keluar rumah sampai kualitas udara kembali membaik.

Atau ada imbauan selanjutnya menggunakan masker.

Baca juga: Polusi Udara Bisa Menyebabkan Mata Merah, Hidung Berair dan Gatal

Ketiga bila ada gejala, pemerintah telah menetapkan kemana masyarakat harus mendapatkan penanganan.


"Kualitas udara memang tidak bisa diturunkan. Tetapi masyarakat bisa diberikan edukasi pemahaman sehingga menghindari risiko kesehatan bisa muncul," kata dr Agus.

Sebagai contoh, pihaknya membuat gerakan 5M selama menghadapi pandemi Covid-19.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas