Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Beredar Gambar Citra Satelit Sebut PLTU Sumber Polusi Jakarta, KLHK Pastikan Hoaks

Luckmi Purwandari mengatakan ada pihak yang ingin mengambil keuntungan di tengah isu polusi udara ibu kota.

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Beredar Gambar Citra Satelit Sebut PLTU Sumber Polusi Jakarta, KLHK Pastikan Hoaks
Foto media sosial
Gambar di media sosial yang sebut PLTU jadi sumber polusi udara di Jakarta 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menegaskan bahwa foto citra satelit yang beredar di media sosial mengenai pengaruh emisi PLTU terhadap tingginya polusi udara di Jakarta merupakan hoaks dan dibuat oleh orang tak bertanggung jawab.

Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Luckmi Purwandari mengatakan ada pihak yang ingin mengambil keuntungan di tengah isu polusi udara ibu kota.

“Memang foto itu beredar dan kami sebenarnya sudah melakukan kajian. Kalau dilihat di website copernicus sentinel-5p satellite menunjukkan bagaimana nitrogen dioksida di udara itu seperti apa,” kata Luckmi dalam diskusi ‘Solusi Polusi Jakarta’ pada Selasa (15/8/2023).

Baca juga: Polusi Udara di Jabodetabek Semakin Parah, DPR Akan Panggil KLHK

Luckmi pun menyebut siapapun bisa mengecek sendiri ke situs resmi satelit copernicus sentinel-5p untuk melihat bagaimana polutan nitrogen dioksida di udara.

“Ini gambar ini (dalam situs) kita lihat arah anginnya bukan ke arah Jakarta. Beda dengan (gambar di medsos). Ini bisa dilihat siapapun di websitenya maps.s5p-pal.com,” lanjutnya.

Luckmi menyebut data pada laman tersebut menunjukkan arah angin bukan ke Jakarta.

Berita Rekomendasi

Hal ini berbeda dengan gambar simulasi yang tersebar di masyarakat.

Salah satu akun di media sosial yang mempublikasikan informasi tersebut diduga hoaks. 

Ia mengatakan sektor transportasi dan manufaktur masih jadi masalah utama pencemaran udara di DKI Jakarta.

Hal ini harus segera dikendalikan agar publik bisa menikmati udara ibu kota yang lebih baik.

Menurutnya pengendalian polusi udara perlu segera dilakukan menyusul banyaknya faktor penyebab, baik alami maupun tidak alami.

Faktor tak alami bisa dikendalikan karena berkaitan dengan aktivitas manusia seperti transportasi, industri, kegiatan rumah tangga dan pembakaran sampah.

“Yang bisa kita kendalikan dari aktivitas manusia seperti sektor transportasi, industri, kegiatan rumah tangga, pembakaran sampah,” jelas dia.

Sementara faktor alami, lanjut Luckmi, susah untuk dikendalikan lantaran berkenaan dengan musim, arah dan kecepatan angin, hingga lanskap kota Jakarta.

“Nah Kalau penyebab yang tidak bisa kita kendalikan seperti musim, arah dan kecepatan angin, lanskap kota Jakarta dan lain-lain,” terangnya.

Luckmi menyatakan hasil rapat terbatas (ratas) terakhir memaparkan pembuangan emisi dari sektor transportasi menjadi penyebab utama polusi di Jakarta, disusul dengan sektor industri.

“Berdasarkan inventarisasi emisi yang dilakukan oleh beberapa penelitian, ada di tahun 2018, 2015 juga ada, semuanya menyebutkan dari beberapa tahun penelitian itu yang terbesar adalah dari transportasi, baru kemudian ke industri,” katanya.

Selama tiga bulan terakhir, tambah Luckmi, sejumlah riset menyebutkan setiap periode Juni-Agustus atau pada musim kemarau di mana bertiup angin muson timur, risiko kualitas udara yang buruk lebih tinggi dibanding periode lain.

“Kalau data kami dari tahun 2018 sampai 2023 ini berdasarkan indeks standar pencemaran udara (ISPU) menunjukkan rata-rata kualitas udara di Jakarta tidak sehat, contohnya pada bulan-bulan sekarang ini,” tambahnya.

Berkenaan dengan itu, pemerintah berharap publik secara luas mampu mengendalikan penggunaan transportasi pribadi agar tidak memperparah situasi polusi di Jakarta.

“Ini penting bagi kesehatan masyarakat semua,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas