Arahan Megawati pada Kemendikbud untuk Kembangkan Riset Museum Nasional
Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menceritakan pesan yang disampaikan oleh Dewan Pengarah BRIN, Megawati Soekarnoputri.
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menceritakan pesan yang disampaikan oleh Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Megawati Soekarnoputri, usai meninjau Museum Nasional, Jakarta Pusat.
Megawati menyampaikan beberapa poin kepada Kemendikbudristek.
Pertama, Megawati Soekarnoputri meminta Kemendikbudristek untuk menggandeng BRIN dalam pengembangan riset museum setelah Museum Nasional mengalami kebakaran.
Kedua, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu juga berpesan terhadap perbaikan tata kelola museum.
Mengenai kerja sama dengan BRIN, nanti rekan-rekan di arkeologi yang akan terlibat.
"Untuk segera bekerja sama dengan BRIN, jadi teman-teman dari arkeologi utamanya organisasi riset arkeologi sejarah nanti akan segera terlibat," jelas Hilmar, Rabu (20/9/2023) dikutip dari Wartakota.
Permintaan itu langsung direspons dengan kesepakatan untuk mengadakan rapat dengan BRIN yang akan dimulai pada Jumat (21/9/2023) nanti.
"Nanti kita langsung ya on the spot sudah ada kesepakatan dengan kepala BRIN dengan Pak Deputi untuk segera bikin rapat," jelas Hilmar Farid.
"Jumat ini kita akan mulai ya, merapatkan, apa saja agendanya, sudah pasti kita update."
Sementara soal perbaikan tata kelola museum, Megawati berpesan supaya koleksi yang ada di Museum Nasional ditelusuri sejarahnya.
Kemudian sejarah itu ditulis dengan narasi yang baik sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar.
"Ibu memberikan arahan untuk bahwa ini khususnya mengenai koleksi ini perlu ditelusuri sejarahnya, narasinya dibikin dengan baik, sehingga bisa digunakan sebagai sumber belajar," ucap Hilmar.
"Jadi tadi juga ada mas Nadiem, Mas Menteri hadir dan memberikan respons khususnya penjelasan mengenai apa yang sekarang sedang dilakukan."
Wartakota menambahkan bahwa sebanyak 817 koleksi museum mengalami kerusakan.
Namun, jumlahnya bisa bertambah lagi seiring dengan kegiatan pengambilan koleksi atau retrieval dari ruangan terdampak.
"Adalah praktik yang umum di seluruh dunia karena ini sifatnya tidak ternilai," tutur Hilmar.
"Jadi kalau di Belanda kita pergi juga enggak ada asuransi terhadap benda-benda yang museum. Itu praktek yang lazim di seluruh dunia."
Selain itu, Hilmar mengatakan Megawati saat memantau Museum Nasional berpesan bagi semua pihak untuk bergotong royong menangani musibah tanpa harus memandang kepentingan kelompok.
"Ibu bercerita, ya, pengalaman masa lalu, saya kira menjadi inspirasi kita bahwa ini waktunya kita bergotong royong begitu, ya, bersama-sama di dalam musibah, semua unsur harus terlibat, tidak boleh ada kepentingan," ucapnya.
(Tribunnews.com/Deni)(Wartakota/Yolanda Putri Dewanti)