Kata Kaesang soal PSI: Sekarang Agak Kurang Berani, Dulu Keras Sekali
Ketum PSI, Kaesang Pangarep, bersama jajaran partai berkunjung ke Kantor Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) di Jakarta, Selasa (3/10/2023).
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep, bersama jajaran partai berkunjung ke Kantor Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) di Jakarta, Selasa (3/10/2023).
Pada momen tersebut, Kaesang sempat berbicara soal situasi PSI saat ini.
Mulanya, Kaesang Pangarep menyebut PSI hanya partai kecil, hingga banyak yang tak yakin dengan kapasitas mereka.
"Terima kasih Pak Pendeta menerima kami di sini. Kami hanya partai kecil, banyak yang gak yakin dengan kami," ujar putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu.
Baca juga: Kaesang Bertemu Para Pendeta di Kantor PGI, Sebut PSI Hanya Partai Kecil, Banyak yang nggak Yakin
Meski begitu, ia menegaskan bahwa PSI harus yakin mampu membawa warna baru dalam perpolitikan Indonesia.
"Kami tetap harus yakin karena kita yakin kita nanti membawa warna baru untuk dunia perpolitikan di Indonesia," tuturnya.
Ia kemudian mencontohkan bagaimana keinginan PSI dalam memberikan warna baru di perpolitikan nasional itu.
Salah satunya ketika ada anggota DPRD DKI Jakarta dari PSI yang membongkar dana mencurigakan di dalam APBD DKI Jakarta, terkait pengadaan lem aibon sebesar Rp82 miliar.
Tetapi pada saat yang sama, Kaesang justru heran kenapa PSI kini sudah mengurang tingkat keberaniannya.
"Seperti yang kita tahu, tidak di Jakarta saja, yang di DPRD ada Bro William kemarin. Semangat sekali. Membuka lem aibon," ujarnya dikutip dari Kompas.com.
"Kayaknya sekarang agak kurang berani. Dulu keras sekali. Tapi, ya, enggak apa-apa," ungkap Kaesang.
Pada kesempatan itu, Kaesang juga bersyukur, sejak berdiri hingga sekarang, kader PSI selalu memegang teguh semangat organisasi untuk tidak korupsi.
Ia pun berharap agar semangat antikorupsi selalu dijaga oleh para kader, baik ketika mereka masih menduduki jabatan publik maupun ketika telah melepaskannya.
Bahkan, semangat itu, menurutnya, harus bisa dijaga hingga kader itu meninggal dunia kelak.