Pengamat: KTT AIS 2023 Perkuat Eksistensi Indonesia sebagai Negara Kelautan dan Kepulauan
KTT Archipelagic and Island States (AIS) Forum 2023 di Nusa Dua, Bali, diharapkan perkuat eksistensi Indonesia Ssebagai negara kelautan dan kepulauan.
Penulis: Milani Resti Dilanggi
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Indonesia tahun ini didaulat menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island States (AIS) Forum 2023 di Nusa Dua, Bali.
AIS Forum 2023 merupakan forum global yang dirancang untuk menghimpun negara-negara pulau dan kepulauan dari seluruh dunia.
Melalui forum ini Indonesia diharapkan menjadi inisiator dalam menangani isu-isu global terkait kelautan.
Mengingat, Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.
Dosen Univeritas Indonesia, Telisa Falianty menilai, KTT AIS 2023 menjadi momentum meningkatkan citra bangsa setelah sukses menjadi tuan rumah KTT ASEAN 2023.
"Kesuksesan Indonesia menyelenggarakan berbagai konferensi akan semakin meningkatkan citra Indonesia di mata dunia apalagi ini KTT pertama AIS," kata Telisa kepada Tribunnews.com, Minggu (8/10/2023).
Baca juga: Pimpin Koordinasi Teknis KTT AIS 2023, Kakorlantas Minta Personel Tidak Gagap di Lapangan
Telisa berharap keterlibatan Indonesia ini tak lepas dari peran aktif Indonesia dalam kancah diplomasi terkait isu-isu kelautan global, melalui berbagai pertemuan internasional.
Salah satunya saat penyusunan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) Tahun 1982 yang mengukuhkan prinsip negara kepulauan (archipelagic state).
Telisa juga berharap KTT AIS Forum 2023 tidak hanya sebuah ajang diskusi semata.
Melainkan, forum yang berlanjut untuk memberikan dampak konkret dalam menjawab tantangan negara pulau dan kepulauan.
"Mewujudkan negara kepulauan yang lebih sejahtera dan damai, Indonesia harus berkontribusi nyata menjaga kestabilan ekonomi, sosial dan politik di dunia," ungkap Telisa.
Telisa menambahkan bahwa kontribusi dan peran Indonesia di KTT AIS 2023 sebagai inisiator dalam menangani isu-isu global berkaitan dengan kelautan dan kepulauan.
Pertemuan itu juga diharapkan dapat menjadi sebuah forum antarnegara kepulauan yang berkelanjutan seperti organisasi kawasan lainnya yang telah lebih dulu berdiri.
"Peningkatan kerjasama harus disosialisasikan juga kepada stakeholder di dunia bisnis, masyarakat, media agar dapat terealisasi dan dirasakan manfaatnya di lapangan," tutur Telisa.
Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Chusmeru, juga mengungkapkan bahwa penyelenggaraan KTT AIS 2023 di Bali ini dinilai sangat penting.
Sebab, forum ini bisa untuk menjaga keberlangsungan laut Indonesia di masa depan yang penuh tantangan.
"Salah satunya adalah tantangan eksploitasi pesisir dan pencemaran laut," kata Chusmeru.
Adanya tantangan tersebut, kata Chusmeru, maka prinsip-prinsip Our Ocean Our Future menjadi penting untuk dibahas.
Tak kalah penting, isu-isu lain seperti eksploitasi pesisir, pencemaran laut, hingga konflik di Natuna juga harus dapat didiskusikan oleh para pemimpin negara.
Dirinya pun berharap bahwa konsep solidarity dalam KTT AIS dapat diimplementasikan agar tercipta penyelesaian konflik yang saling menguntungkan.
Adapun tahun ini, AIS Forum 2023 mengusung tema "Fostering Collaboration, Enabling Innovation for Our Ocean and Our Future".
Agenda pertemuan tersebut akan berfokus kepada tiga aspek penting.
Yakni pembangunan ekonomi biru, tantangan perubahan iklim, dan mempererat solidaritas antara negara pulau dan kepulauan.
(Tribunnews.com/Milani Resti)