Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

KPAI: Angka Kekerasan di Sekolah Meningkat, Dipengaruhi Game Online dan Media Sosial

KPAI mencatat terjadi peningkatan kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah. Apa sebabnya?

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in KPAI: Angka Kekerasan di Sekolah Meningkat, Dipengaruhi Game Online dan Media Sosial
HO
Terlihat sejumlah pelajar jongkok berbaris sambil menghadap pelajar lain yang berdiri lalu satu per satu ditampar pakai sandal. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Klaster Pendidikan, Aris Adi Leksono, mengungkapkan sejumlah penyebab terjadinya peningkatan kekerasan di lingkungan sekolah. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Klaster Pendidikan, Aris Adi Leksono, mengungkapkan sejumlah penyebab terjadinya peningkatan kekerasan di lingkungan sekolah.

KPAI mencatat terjadi peningkatan kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah.

"KPAI berpandangan beberapa penyebab tingginya angka kekerasan pada lingkungan satuan pendidikan antara lain, akibat terjadinya learning loss dampak pembelajaran jarak jauh (PJJ) pada masa pandemi Covid-19, pengaruh game online dan media sosial yang masih banyak menyajikan tayangan yang penuh kekerasan dan tidak ramah anak," ujar Aris dalam konferensi pers di Kantor KPAI, Jakarta, Senin (9/10/2023).

Akibat hal tersebut, Aris mengatakan karakter, akhlak, serta budi pekerti anak menjadi lemah.

Selain itu, dirinya mengungkapkan ada penyimpangan relasi kuasa antara pendidik dengan peserta didik.

"Sehingga seringkali bentuk kebijakan atau hukuman yang diberikan dapat mengakibatkan kekerasan pada peserta didik," tutur Aris.

Berita Rekomendasi

Dirinya menilai ada penyalahgunaan relasi kuasa antara peserta didik sesama peserta didik.

"Merasa menjadi kakak kelas, merasa lebih kuat, sehingga mendorong melakukan kekerasan kepada yang adik kelas atau yang lebih lemah," ungkap Aris.

Selain itu, Aris menilai struktur kurikulum dan metode pembelajaran masih menitikberatkan pada capaian target kognitif saja.

"Sehingga pendidikan penguatan karakter kurang mendapatkan perhatian, serta pengawasan yang lemah dari satuan pendidikan serta kontrol kebijakan dan regulasi pada sisi implementasi dari dinas pendidikan," pungkas Aris.

Penyebab lainnya, kata Aris, adalah Anak dengan kontrol diri yang rendah, kehidupan keluarga yang tidak harmonis.

Lalu kebijakan sekolah dalam menciptakan rasa aman dan ramah terhadap seluruh siswa dan pengawasan disiplin positif satuan pendidikan yang masih rendah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas