Akademisi: Indonesia Hadapi Masalah Degradasi Lahan Imbas Pemakaian Pupuk dan Pestisida Berlebihan
Jaminan akan kesehatan dan Kesuburan elemen tersebut akan memberikan buah hasil tanaman yang baik untuk dimakan dari generasi ke generasi.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebijakan ketahanan pangan harus dimulai dengan pembangunan ekosistem berkelanjutan, yang meliputi variabel tanah, air dan udara.
Dengan demikian, jaminan akan kesehatan dan Kesuburan elemen tersebut akan memberikan buah hasil tanaman yang baik untuk dimakan dari generasi ke generasi.
Dosen di Universitas Wahid Haysim Semarang, Dr Ir Nugroho Widiasmadi mengatakan, sampai saat ini Indonesia masih menghadapi masalah degradasi lahan akibat pemakaian pupuk dan pestisida berlebihan sejak revolusi hijau tahun 1970 sampai saat ini.
Baca juga: Apropi Pastikan Perizinan dan Pengawasan Pupuk-Pestisida di Kementan Berjalan dengan Baik
Mirisnya, kata Nugroho keberpihakan pemerintah terhadap sumber daya yang berkelanjutan untuk kemandirian tidak diperhatikan justru menambah cabang kerusakan dengan ekploitas tambang yang tarus menggila, alih fungsi lahan, ketergantungan impor dll sehingga menjadi potret gelap dalam dunia pangan.
"Akibatnya bisa kita rasakan saat ini yakni tekanan ekonomi, perubahan iklim global memaksa semua elemen tumbang karena negara kita tidak siap," kata Nugroho dalam keterangannya, Kamis (19/10/2023).
Terkait mengatasi krisis pangan, Nugroho menyarankan, sebaiknya pemerintah mulai serius menyelamatkan ketahan pangan dengan kebijakan fundamental ciptakan kantong, lumbung papuk dan lumbung pakan untuk mengisi lumbung pangan.
"Semua komponen ini ada di desa, dengan Teknologi Biosoildam MA-11 semua dapat diwujudkan dengan cepat , mudah dan terukur," kata pria yang meraih Kalpataru 2023 untuk kategori Pembina Lingkungan.
Teknologi yang ditemukan Nugroho ini mampu mengkonsevasi tanah dan air dengan biaya terjangkau dan efisien dan inovasi ini dapat diaplikasikan dalam berbagai kondisi lahan, termasuk lahan tambang, lahan tandus, dan lahan yang tercemar oleh pupuk dan pestisida kimia.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyampaikan pandangannya tentang tahun 2023 sebagai tahun yang penuh tantangan, bukan hanya bagi Indonesia tetapi juga bagi dunia.
Baca juga: Satu Keluarga di Bekasi Keracunan Kopi Pestisida, Pelaku 3 Orang, Termasuk Suami Korban
Kenaikan suhu bumi yang memicu El Nino panjang menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi ketersediaan pangan global.
"Indonesia telah melakukan upaya antisipasi dengan persiapan cadangan beras yang memadai dan seiring waktu, infrastruktur yang diperlukan untuk menjaga ketahanan pangan telah dibangun, termasuk waduk, ribuan embung, dan jaringan irigasi," katanya.
Namun, tantangan yang dihadapi, terutama dalam situasi El Nino, Indonesia masih mengandalkan impor sebagai solusi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia