Ketua Umum PBNU: Jangan Pilih Pemimpin yang Kedepankan Primordialisme
Gus Yahya menegaskan masa depan bangsa Indonesia tergantung dari pergulatan yang dilakukan saat ini menjelang pemilu pemilihan presiden.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
![Ketua Umum PBNU: Jangan Pilih Pemimpin yang Kedepankan Primordialisme](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pbnu-dan-kpu-teken-mou-sosialisasi-pendidikan-pemilu_20231014_221931.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengingatkan kepada seluruh warga bangsa utamanya warga Nahdlatul Ulama (NU) bahwa pemilihan presiden hanyalah sekadar titik lewatan.
Gus Yahya menyebut perjalanan bangsa adalah hal yang jauh lebih penting untuk dipertahankan.
Baca juga: Ketua Umum PBNU Gus Yahya Ajak Santri Jihad Jayakan Negeri
“Pertama buat seluruh warga bangsa termasuk utamanya Nahdlatul Ulama momentum pemilihan presiden ini sekadar titik lewatan dari satu perjalanan panjang. Dari perjalanan yang jauh lebih penting dan bermakna,” katanya saat melepas Jalan Santai Hari Santri 2023, Sabtu (21/10/2023).
Menurut Gus Yahya, warga bangsa saat ini harus dapat melewati momentum pilpres dan pemilu ini dengan selamat.
Selamat yang dimaksud bahwa sistem politik bisa dijamin stabilitasnya, dijamin bertahan tidak sampai rusak dan tetap mendapatkan kepercayaan dari rakyat.
Baca juga: Ketua PBNU: Ada Hadiah 60 Paket Umroh di Jalan Sehat Menyemarakkan Hari Santri
“Karena kita sudah sepakat memilih demokrasi sebagai jalan di dalam perjalanan negeri ini,” tegasnya.
Yang kedua, selamat itu artinya segala kemajuan yang sudah dicapai, segala inisiatif untuk kemajuan yang sudah dibuat tidak boleh patah di tengah jalan.
Gus Yahya menegaskan masa depan bangsa Indonesia tergantung dari pergulatan yang dilakukan saat ini menjelang pemilu pemilihan presiden.
“Kemudian saya mengimbau atau menyerukan kepada seluruh warga bangsa dan warga NU untuk menyikapi pilpres dan pemilu dengan rasional,” katanya.
Rasional itu artinya pikirkan apa yang masuk akal bagi bangsa apa yang betul-betul bisa dilihat dari konsekuensi pilihan masing-masing.
“Jadi tidak perlu mengedepankan hal-hal yang sifatnya pertimbangan primodial. Misalnya agamanya apa, sukunya apa, termasuk ormasnya apa, nggak perlu dikedepankan. Yang penting apa yang rasional untuk perbaikan bangsa dan negara,” pungkasnya.
Baca juga: Sekjen PBNU Sebut Sejuta Santri Akan Ikuti Apel Hari Santri 2023 di Surabaya
Kakak kandung Menag Yaqut Cholil Qoumas ini menyerukan negara proklamasi Indonesia sedang dipertahankan dengan perjuangan absolut mempertaruhkan segala-galanya jiwa dan raga.
Menurut Gus Yahya, negeri kita tengah memasuki momentum yang krusial di dalam menyambut masa depan yang semua orang di seluruh dunia menyatakan bahwa masa-masa ini tahun yang sangat menentukan.
Apakah bangsa Indonesia sungguh bisa survive dan mendapatkan kesempatan untuk maju lebih kuat di masa depan atau tidak.
“Maka saat ini waktunya kita dituntut untuk kembali mengingat dan menginternalisasi semua perjuangan,” tukas Gus Yahya.
“Sekarang juga kita harus berjuang dengan sekuat tenaga untuk memastikan untuk mengikhtiarkan bahwa Indonesia ini akan maju dan kuat,” ucapnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.