Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Daftar Nama Museum Sumpah Pemuda Sejak 1908, Sempat Menjadi Toko Bunga dan Hotel Hersia

Berikut ini daftar nama Museum Sumpah Pemuda sejak tahun 1908, sempat menjadi toko bunga dan Hotel Hersia

Penulis: Pondra Puger Tetuko
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Daftar Nama Museum Sumpah Pemuda Sejak 1908, Sempat Menjadi Toko Bunga dan Hotel Hersia
Kemendikbud.go.id
Gedung Museum Sumpah Pemuda - Berikut ini daftar nama Museum Sumpah Pemuda sejak tahun 1908, sempat menjadi toko bunga dan Hotel Hersia. 

TRIBUNNEWS.COM - Berganti nama hingga delapan kali, simak daftar nama Museum Sumpah Pemuda sejak tahun 1908.

Gedung Museum Sumpah Pemuda ini berada di alan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat.

Gedung ini juga sangat bersejarah bagi kepemudaan bangsa Indonesia mengenai lahirnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Saat digunakan Kongres Pemuda Kedua, Museum Sumpah Pemuda ini masih bernama Indonesische Clubgebouw.

Dihimpun dari Kemendikbud.go.id, Museum Sumpah Pemuda ini telah berganti nama hingga delapan kali mulai 1908.

Baca juga: Asal Usul Berdirinya Museum Sumpah Pemuda di Jakarta Pusat, Dulu Bernama Indonesische Clubgebouw

1. Commensalen Huis (1908)

Commensalen Huis merupakan nama tempat tinggal dan belajar bagi pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (Stovia) dan Rechtsschool (RS) pada tahun 1908 atau awal abad ke-20.

Berita Rekomendasi

Sebelumnya, Commensalen Huis ini sebuah rumah tempat tinggal yang dijadikan indekos milik Sie Kong Lian, pemuda keturunan Tionghoa yang memiliki peran penting dalam kelancaran Kongres Pemuda Kedua.

Adapun beberapa nama mahasiswa yang pernah tinggal di Commensalen Huis, seperti Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, Soerjadi (Surabaya), Soerjadi (Jakarta), Assaat, Abu Hanifah, Abas, Hidajat, Ferdinand Lumban Tobing, Soenarko.

Ada juga Koentjoro Poerbopranoto, Mohammad Amir, Roesmali, Mohammad Tamzil, Soemanang, Samboedjo Arif, Mokoginta, Hassan, dan Katjasungkana.

2. Indonesische Clubgebouw/Clubhuis (1927)

Berganti nama menjadi Indonesische Clubgebouw di tahun 1927, gedung ini digunakan oleh berbagai organisasi pergerakan pemuda yang juga pernah dihadiri oleh Bung Karno dan tokoh-tokoh Algemeene Studie Club Bandung.

Yang awalnya sebuah indekos ini menjadi gedung yang juga pernah untuk menyeoenggarakan kongres Sekar Roekoen, Pemuda Indonesia, PPPI.

Sempat juga dijadikan sebagai sekretariat PPPI dan majalan Indonesia milik PPPI.

Nama ndonesische Clubgebouw ini juga diartikan sebagai gedung pertemuan.

3. Gedung Sumpah Pemuda (1928)

Gedung yang berlokasi di Kramat 106 ini diputuskan untuk lokasi Kongres Pemuda kedua pada Oktober 1928 yang diketuai oleh Soegondo Djojopuspito (PPPI).

Setelah dilaksanakannya Kongres Pemuda kedua, dihasilaknnya keputusan yang dikenal dengan Sumpah Pemuda.

Gedung Museum Sumpah Pemuda
Gedung Museum Sumpah Pemuda (Kemendikbud.go.id)

Baca juga: Siapa Pembaca Naskah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928?

4. Rumah Tinggal (1934-1937)

Setelah peristiwa Sumpah Pemuda dan para pemuda meninggalkan gedung itu.

Kemudian, di tahun 1934-1937 gedung itu disewa oleh Pang Tjem Jam untuk dijadikan rumah tempat tinggal.

5. Toko Bunga (1937-1948)

Setelah selesai disewa Pang Tjem Jam, indekos milik Sie Kong Lian ini kembali disewakan kepada seseorang yang bernama Loh Jing Tjoe.

Loh Jing Tjoe menyewa indekos itu untuk digunakan sebagai toko bunga.

6. Hotel Hersia (1948-1951)

Setelah sembilan tahun menjadi toko bunga, indekos itu beralih fungsi jadi Hotel hersia.

7. Kantor Inspektorat Bea dan Cukai (1951-1970)

Tak jadi hotel lagi, gedung milik orang keturunan Tionghoa itu disewa oleh Inspektorat Bea dan Cukai.

Gedung itu disewa untuk dijadikan perkantoran dan penampungan bagi karyawannya.

8. Museum Sumpah Pemuda (1973-sekarang)

Setelah melalui perjalanan panjang, pada 15 Oktober 1968 pun anggota Kongres Pemuda Kedua pun mengirim surat kepada Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin mengenai pe,binaan gedung yang terletak di Kramat 106 itu.

Berselang empat tahun, gubernur DKI Jakarta mengeluarkan SK Gubernur No. cb.11/1/12/72 jo Monumenten Ordonantie Staatsblad No. 238 tahun 1931, tanggal 10 Januari 1972, kemudian menetapkan Gedung Kramat 106 sebagai benda cagar budaya.

Kemudian dipugar Pemda DKI Jakarta untuk dijadikan Gedung Sumpah Pemuda pada 20 mei 1973, dan diresmikan oleh Presiden ke-2 RI, Soeharto pada 20 Mei 1974.

(Tribunnews.com/Pondra)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas