Pemerintah Dorong Lulusan Perguruan Tinggi Punya Mimpi Besar Agar Berkontribusi Positif Bagi Bangsa
Pemerintah menargetkan generasi muda Indonesia dapat tumbuh dengan produktif, profesional, memiliki karakter, dan mampu bersaing di kancah global.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mendorong para lulusan perguruan tinggi untuk mempunyai mimpi-mimpi besar dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara.
Hal itu disampaikannya saat memberikan orasi ilmiah dalam Wisuda ke-X Universitas Muhammadiyah Bogor Raya di Sasana Kriya Taman Mini Indonesia Indah Jakarta pada akhir pekan lalu.
“Kalian (wisudawan) harus punya mimpi-mimpi besar di masa depan. Kalian harus menjadi exemplar, contoh unggulan bagi yang lain,” ucap Muhadjir dikutip pada Kamis (7/12/2023).
Sebagaimana diketahui, fokus pembangunan pemerintah dalam masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo pada periode kedua ini diarahkan kepada pembangunan sumber daya manusia (SDM) untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
Pemerintah menargetkan generasi muda Indonesia dapat tumbuh dengan produktif, profesional, memiliki karakter, dan mampu bersaing di kancah global.
Baca juga: Kemendikbudristek: Lulusan Perguruan Tinggi Vokasi harus Miliki Kompetensi Level Global
Muhadjir mengatakan, pemerintah telah menyediakan anggaran pendidikan yang setiap tahun terus meningkat.
Anggaran pendidikan yang sebagian besarnya dialokasikan untuk beasiswa LPDP merupakan kesempatan dan peluang besar bagi para mahasiswa yang akan melanjutkan studi.
“Sekarang ini anggaran abadi pendidikan untuk beasiswa itu sekitar Rp 130 triliun dan setiap tahun terus naik. Kesempatan ini sangat terbuka untuk semua mahasiswa dari berbagai kampus. Tidak ada diskriminasi, terbuka bagi kampus negeri maupun swasta,” ucap Muhadjir.
Selain itu, perguruan tinggi juga didorong untuk dapat memiliki pangkalan data yang berisi status para lulusannya.
Pangkalan data tersebut, kata Muhadjir, berlaku juga untuk para lulusan yang hendak bekerja sehingga dapat digunakan untuk memantau status pekerjaan lulusannya.
Melalui basis data itu, intervensi juga akan dengan mudah dilakukan, termasuk memberikan pelatihan peningkatan kemampuan bagi yang belum memiliki pekerjaan.
“Perguruan tinggi harus punya data lulusannya, baik untuk yang mau melanjutkan kuliah, maupun bekerja. Jika dia (wisudawan) diketahui punya niat untuk mencari beasiswa, bantu dia melalui program pelatihan bahasa dan sebagainya, juga bagi yang bekerja, bisa adakan program upskilling agar bisa masuk dunia kerja,” tutur Muhadjir.
Indonesia tercatat akan mencapai puncak bonus demografinya pada tahun 2030-2035. Pada momentum itu, mayoritas masyarakat Indonesia akan didominasi oleh generasi Z sebanyak 27,94 persen, dan generasi milenial sebesar 25,87 persen.
Sementara itu, saat ini jumlah pemuda yang tercatat pada survei Badan Pusat Statistik telah mencapai angka 65,82 juta jiwa atau hampir seperempat penduduk Indonesia.
Kondisi tersebut perlu diimbangi dengan upaya membangun generasi muda Indonesia mulai dari sekarang.
Terlebih jumlah angkatan kerja Indonesia telah mencapai 147,71 juta. Sementara, penduduk yang bekerja hanya sebesar 139,85 juta dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,32 persen.
Angkatan kerja ini terus bertambah setiap tahun yang terdiri dari lulusan menengah atas yang tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi, ditambah dengan pemuda lulusan dari perguruan tinggi.
Kendati demikian, upaya pemerintah dalam membangun generasi unggul Indonesia telah mengalami tren yang positif.
Indeks Pembangunan Manusia mencatat terdapat kenaikan dengan rata-rata sebesar 0,77 persen per tahun dari berbagai aspek.