Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Desember Biasanya Identik dengan Musim Hujan, Mengapa Cuacanya Panas? Ini Penjelasan BMKG

Desember yang identik dengan hujan, faktanya tidak terjadi beberapa hari terakhir. Mengapa bisa terjadi?

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Desember Biasanya Identik dengan Musim Hujan, Mengapa Cuacanya Panas? Ini Penjelasan BMKG
Shutterstock
Cuaca panas terik melanda sejumlah wilayah Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Desember yang identik dengan hujan, faktanya tidak terjadi beberapa hari terakhir. Mengapa bisa terjadi? 

TRIBUNNEWS.COM - Desember yang identik dengan hujan, faktanya tidak terjadi beberapa hari terakhir.

Sejumlah daerah di Indonesia mengalami cuaca panas seiring dengan tidak adanya hujan dalam beberapa hari terakhir.

Baca juga: Hadapi Cuaca Panas Ekstrem, Ini 4 Tips Untuk Mencegah Risiko Heat Stroke!

Akibatnya, suhu di beberapa wilayah mengalami peningkatan.

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengatakan, kondisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satunya karena kondisi dinamika atmosfer.

"Dalam beberapa hari terakhir aktivitas fenomena atmosfer yang cukup berpengaruh terhadap peningkatan curah hujan,” ujar Guswanto dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com, Minggu (17/12/2023).

Aktivitas fenomena atmosfer tersebut terlihat pada kondisi El Nino dan Dipole atau kondisi naik-turunnya suhu permukaan laut.

Baca juga: Musim Hujan, Berikut Titik-Titik Rawan Bencana saat Libur Natal dan Tahun Baru

Kondisi El Nino Moderate dan Dipole Mode Positif menunjukkan potensi curah hujan rendah untuk wilayah Indonesia.

Berita Rekomendasi

Guswanto mengungkapkan, potensi curah hujan rendah tersebut diketahui dari analisis kondisi iklim global.

Pihaknya menyebutkan, hasil analisis kondisi iklim global menunjukkan kondisi El Nino Moderat dengan nilai NINO 3.4 sebesar +1.70 dan nilai SOI sebesar -6.0.

Sementara nilai DMI sebesar +1.21 juga menunjukkan Dipole Mode Positif.

Hujan belum merata

ILUSTRASI Hujan deras dan angin kencang.
ILUSTRASI Hujan deras dan angin kencang. (WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN)

Selain itu, cuaca panas di sejumlah daerah juga dipengaruhi oleh belum meratanya curah hujan.

Diketahui, dengan turunnya hujan dapat mengurangi hawa panas dan teriknya sinar Matahari karena pengaruh pergerakan awan hujan.

Lebih lanjut, curah hujan yang belum merata itu diketahui dari analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR), Madden Julian Oscillation (MJO), dan aktivitas gelombang ekuator.

“Analisis OLR, MJO, dan aktivitas gelombang ekuator menunjukkan kecenderungan peningkatan aktivitas konvektif di Pulau Sumatera bagian utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, NTB, NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua,” jelas Guswanto.

Selain itu, potensi curah hujan yang tidak merata juga dilihat dari pantauan daerah konvergensi yang hanya terjadi pada sejumlah wilayah.

“Pantauan daerah konvergensi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan pertumbuhan awan hujan di Laut Natuna, Sumatera bagian utara dan tengah, Kalimantan bagian selatan, Selat Makassar, Sulawesi bagian selatan, Laut Flores, Laut Banda, dan Laut Arafura, NTT dan Maluku,” tambahnya.

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas