RI Impor Beras Lagi, Bapanas Singgung Nasib Petani
Impor ini dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi produksi beras nasional yang mengalami kontraksi selama delapan bulan terakhir
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Pemerintah direncanakan bakal mengimpor beras dari luar negeri untuk membanjiri pasar-pasar tanah air.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) memastikan impor beras yang dilakukan pemerintah tidak akan merugikan petani.
Direktur Distribusi dan Cadangan Makanan Bapanas, Rachmi Widiriani, memaparkan, impor beras dilakukan untuk menjaga ketersediaan pangan nasional dan stabilitas harga beras di pasaran.
Impor ini dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi produksi beras nasional yang mengalami kontraksi selama delapan bulan terakhir.
"Cadangan pangan pemerintah dari impor tahun 2023 digunakan untuk intervensi pasar, seperti bantuan sosial dan operasi pasar," jelas Rachmi, dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema 'Persiapan Ramadhan, Kondisi Harga Bahan Pokok', Senin (4/3/2024).
Baca juga: Bos Bulog Buka-bukaan Alasan Stok Beras SPHP di Alfamart Kerap Kosong
Pihaknya mengklaim, beras yang telah diimpor juga tidak akan langsung dilepas ke pasar, tetapi akan disimpan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk intervensi pasar di saat harga melambung tinggi seperti sekarang.
Menurutnya, dengan cadangan pangan nasional, pemerintah berencana untuk melakukan distribusi yang gencar agar pasar lokal dipenuhi dengan pasokan bahan pangan yang cukup dan terjangkau, khususnya menjelang Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 1445 H.
Langkah ini diambil untuk memastikan pasar lokal memiliki pasokan bahan pangan yang cukup dan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Ketersediaan yang memadai ini diharapkan dapat menjaga stabilitas harga dan memenuhi kebutuhan konsumsi selama periode penting ini.
Dengan demikian, masyarakat dapat menjalankan ibadah puasa dan merayakan Lebaran tahun ini dengan tenang dan nyaman, tanpa kekhawatiran akan kekurangan bahan pangan atau kenaikan harga yang tiba-tiba.
"Saat panen raya, Bulog tetap membeli produk petani dengan harga yang menguntungkan. Kita ingin menjaga keseimbangan antara kesejahteraan petani dan daya beli konsumen," ujar dia.
Bapanas juga terus memantau harga gabah di tingkat petani dan memastikan harga gabah tetap tinggi. Saat ini, harga gabah di tingkat petani mencapai Rp8.000 per kilogram, dengan NTP (Nilai Tukar Petani) 120, yang merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah.
"Meskipun harga gabah tinggi, harga beras di pasaran harus tetap terjangkau bagi konsumen. Cadangan beras pemerintah ini berfungsi untuk menyeimbangkan harga di pasaran," jelas Rachmi.
Di sisi lain Dekan Pertanian Universitas Sriwijaya, Ahmad Muslim menilai menjelang Ramadhan seperti saat ini, permintaan beras memang biasanya meningkat
Hal ini dikarenakan faktor psikologis masyarakat yang ingin memastikan pada waktu ini kebutuhannya aman, sehingga cenderung lebih banyak dalam membeli bahan pokok.
"Saat ini, upaya jangka pendek untuk mengatasi kekurangan beras adalah dengan impor. Namun, untuk jangka panjang, diperlukan strategi sistematis yang memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia," jelasnya.