Kepala BMKG Curhat Gedungnya di Kemayoran Bisa Kesedot ke Dalam Tanah
BMKG memiliki Command Center dengan alat-alat berteknologi canggih yang bisa meningkatkan akurasi prediksi dari BMKG dari 80 persen ke 92 persen.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan, alasan Gedung Command Center BMKG di Kemayoran perlu direnovasi dengan nilai fantastis.
Dwikorita mengatakan, saat ini BMKG memiliki Command Center dengan alat-alat berteknologi canggih. Alat-alat tersebut diperbaharui sejak 2018 lalu hingga meningkatkan akurasi prediksi dari BMKG dari 80 persen ke 92 persen.
Namun, menurut Dwikorita, menjadi permasalahan lantaran Gedung Command Center tersebut tidak aman jika terjadi megathrust. Sebab, diceritakan Dwikorita, gedung tersebut terbilang uzur karena dibangun pada 1990an.
"Ternyata gedung untuk command center untukk menyimpan komputer, menyimpan data, gedung bekas Kemenhub Udara, bekas Bandara Kemayoran."
"Peringatan dini dari BMKG berasal dari gedung bekas Bandara Kemayoran 1990an. Yang berbahaya bukan usia tua, tapi karena dirancang bukan untuk memberi peringatan dini," ujar Dwikorita di Jakarta, Kamis (14/3/2024).
Pesan itu Dwikorita sampaikan saat rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR.
Yang menjadi persoalan lagi, bangunan tersebut berdiri di atas tanah lunak atau tanah berair seperti rawa. Persoalan itu, baru diketahui baru-baru ini, sehingga dirasa perlu ntuk direnovasi.
"Karena kalau terjadi guncangan gempa dengan kekuatan seperti Palu. (Bangunan) bisa kesedot ke dalam," kata Dwikorita.
Baca juga: Komisi V DPR Sebut Peralatan BMKG Banyak yang Sudah Uzur
Menurut dia, hal tersebut dirasa berbahaya karena BMKG bertugas untuk memberikan peringatan dini. Jika terjadi gempa berkekuatan besar, maka Command Center dapat lumpuh karena bangunannya tersedot ke dalam tanah.
"Sehingga kami terpaksa mau tidak mau, itu sebetulnya tidak dalam perencanaan karena baru ketahuan. Terpaksa diusulkan dari anggaran 85 juta dolar AS sebagian besar untuk peralatan. Terpaksa mengambil Rp 235 miliar untuk membangun gedung," tutur Dwikorita.
Baca juga: Kepala BMKG Sebut Pihaknya Sudah Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Sebelum Banjir Landa Semarang
Dana tersebut, selain untuk merenovasi gedung di Kemayoran, Jakarta, juga untuk membangun gedung di Denpasar, Bali. Namun, anggaran yang dibutuhkan lebih besar untuk di Kemayoran, lantaran akan menggunakan teknologi canggih.
"Yang mahal Kemayoran karena agar tidak kesedot gedungnya, teknologi pertama yang dibuat di Indonesia base isolator."
"Agar ada guncangan gempa, gedung tidak roboh, pondasi dalam, agar tidak kesedot kalau terjadi gempa," terang Dwikorita.
Dwikorita menekankan, jika terjadi megathrust, praktis komunikasi di Jakarta akan lumpuh. Sehingga, peringatan dini diambil alih oleh kantor BMKG di Denpasar.
Baca juga: BREAKING NEWS: BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Hujan Es hingga Puting Beliung di Jatim
Sebetulnya, alternatif lain di Ibu Kota Nusantara (IKN). Namun, hingga saat ini tidak masuk dalam perencanaan pemerintah.
"Kami cemaskan megathrust terjadi, BMKG harus siap, kalau BMKG saja tidak siap bagaimana rakyat Indonesia," tutur Dwikorita.