Alasan Kemenkes Baru Terapkan Pilot Project Nyamuk Ber-Wolbhacia di Lima Kota di Indonesia
Adapun lima kota tersebut adalah Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang dan Kota Bontang.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI dr. Imran Pambudi MPHM, mengatakan, saat ini baru lima kota di Indonesia yang menjadi pilot project teknologi nyamuk ber-wolbhacia.
Adapun lima kota tersebut adalah Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang dan Kota Bontang.
Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.
"Sejauh ini baru lima kota ini, karena kota-kota ini memiliki kasus DBD tertinggi di Indonesia. Untuk daerah-daerah lain secara bertahap juga akan dilakukan karena ini kan inovasi baru yang memerlukan waktu untuk memberikan hasil," kata dr Imran yang ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Adapun teknologi nyamuk ber-Wolbachia merupakan salah satu intervensi untuk menekan dengue yakni intervensi pada vektor (nyamuk).
"Telah terbukti bahwa penyebaran nyamuk A. aegypti ber-Wolbachia memberikan dampak positif bagi penurunan kasus dengue," tutur dia.
Selain intervensi pada vektor, intervensi lain adalah pada lingkungan dan intervensi pada manusia.
Intervensi pada lingkungan misalnya dengan pemberantasan sarang nyamuk, dan intervensi pada manusia misalnya dengan vaksinasi dan memakai baju lengan panjang di daerah endemis dengue.
Kemudian, menggunakan zat kimia seperti abate untuk larvasida, dan fogging atau obat semprot sebagai insektisida.
Studi di beberapa negara lain juga menemukan bahwa nyamuk ber-Wolbachia efektif menekan angka kejadian dengue. Selain itu, nyamuk ber-Wolbachia memberikan proteksi jangka panjang.
Namun disayangkan, masih ada kekhawatiran pada sebagian masyarakat mengenai nyamuk ber-Wolbachia.
Pihaknya pun menghormati penolakan yang dilakukan sejumlah pihak dan masih berupaya untuk melakukan sosialisasi melalui key person, seperti tokoh masyarakat dan agama.
"Jadinya harus melakukan pendekatan. Kami prinsipnya jika ada masyarakat yang belum setuju kita pasti lakukan pendekatan dulu sampai kondusif," tutur dr.Imran.
Dikesempatan yamg berbeda, Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat & Keperawatan UGM dr. Riris Andono Ahmad, MD., MPH, Ph.D, menuturkan, sebelum pihaknya melakukan penelitian dalam skala besar, pihaknya ingin terlebih dahulu melakukan pengkajian selama enam bulan yang melibatkan 20 orang ahli dari berbagai bidang.
Termasuk di antaranya bidang virologi, mikrobiologi, ahli serangga, ahli biodiversitas, dokter anak, psikologi, hingga ilmu sosial.
Wolbachia adalah bakteri alami yang biasa hidup dalam tubuh serangga.
Ppelepasan nyamuk ber-Wolbachia di Yogyakarta terbukti menurunkan insiden dengue 77 persen dan menurunkan kejadian rawat inap di RS hingga 86 persen. Rerata dengue nasional pun menurun dibandingkan 30 tahun lalu.
"Ini sangat menggemberikan karena anggaran fogging bisa dialokasikan ke pengendalian penyakit lain,” ujar dr. Doni.