Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Refleksi Idulfitri, Ketua Umum PP Muhammadiyah: Momen Kembali Kepada Kesucian

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir memberikan refleksi Ramadan dan Idulfitri 1445 Hijriah.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Refleksi Idulfitri, Ketua Umum PP Muhammadiyah: Momen Kembali Kepada Kesucian
TRIBUNNEWS/RINA AYU PANCA RINI
Ketua Pusat Pimpinan (PP) Muhammadiyah Haedar Nasir di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir memberikan refleksi Ramadan dan Idulfitri 1445 Hijriah. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir memberikan refleksi Ramadan dan Idulfitri 1445 Hijriah.

Haedar mengatakan puasa yang dijalankan selama Bulan Ramadan sejatinya untuk membentuk insan al kamil atau manusia yang terbaik, yang memiliki relasi dengan Tuhan, sesama manusia, dan seluruh alam semesta.

Selama sebulan penuh menjalankan ibadah puasa, umat Islam kemudian mengunci puasanya itu dengan Idulfitri atau hari raya makan.

Idulfitri, kata Haedar, juga dapat dimaknai sebagai kembali kepada kesucian.

"Maka ketika kaum muslim beridulfitri selain merayakan dengan kebahagiaan dan kegembiraan, tapi juga bagaimana menjadikan puasa itu membekas di dalam kehidupan kita dalam wujud segala variabel ketakwaan," tutur Haedar melalui keterangan tertulis, Rabu (10/4/2024).

Dirinya menjelaskan takwa merupakan ketaatan kepada Allah SWT yang melahirkan kesalihan pada diri sendiri, keluarga, umat dan bangsa, bahkan pada relasi kemanusiaan.

“Takwa bukan sekadar relasi habluminallah. Tapi juga habluminannas dalam seluruh rangkaiannya,” kata Haedar.

Baca juga: Jadwal Puasa Syawal Lebaran 2024 dan Bacaan Niatnya

BERITA TERKAIT

Menegakkan kebenaran sebagai aktualisasi takwa, menurut Haedar, bisa melalui banyak cara, mulai dari hal-hal kecil yang berdampak pada diri sendiri, sampai yang lebih luas dengan dampak kebaikan pada semua.

Wujud takwa pada diri seorang mukmin adalah terpatrinya keimanan sebagaimana rukunnya, menjalankan rukun Islam, serta memiliki jiwa ihsan dalam berbagai dimensi.

Tidak hanya itu, takwa juga dapat diekspresikan dalam perilaku yang lebih operasional.

Seperti yang disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat 134, yakni orang yang menafkahkan hartanya di kala lapang maupun sempit.

Operasionalisasi takwa juga bisa dengan cara menahan marah, dan murah dalam memberikan maaf kepada orang lain. Serta tentu masih banyak lagi yang lainnya dalam mengekspresikan takwa dalam bentuk yang operasional.

“Kesimpulannya takwa adalah puncak kebaikan hidup seorang muslim yang naik tangga dari keislamannya sebagai muslim menjadi mereka yang beriman, dan kemudian pada tingkat yang hakiki menjadi orang-orang yang takwa,” ungkap Haedar.

Baca juga: Wapres Ajak Umat Islam Jaga Spirit Kasih dan Murah Hati pada Momen Idulfitri 1445 H

Haedar memandang, jika lebih dari 2 miliar umat Islam di seluruh dunia berhasil menjadi lulusan terbaik Ramadan 1445 H, tentu akan berdampak pada tatanan dunia yang jauh lebih baik untuk kehidupan bersama.

"Lulusan terbaik Ramadan 1445 H tentu memiliki beberapa dimensi, seperti kerohanian yang melahirkan spiritualitas dan moralitas, serta intelektualitas untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi," tutur Haedar.

Melalui Ramadan dan momentum 1 Syawal 1445, diharapkan umat Islam naik kelas ekonominya, serta terlepas dari berbagai problematika sosial, bahkan juga politik yang selama ini umat Islam masih marjinal.

“Sehingga kebesaran jumlah demografi sebagai mayoritas di negeri ini akan berbanding lurus dengan kemampuan kita, peran kita, sekaligus kehadiran kita sebagai syuhada alannas,” pungkas Haedar.
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas