Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
Tujuan Terkait

Adaptasi Perubahan Iklim, Kementan Siap Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Mentan meminta jajarannya agar terus bersinergi dengan berbagai pihak terkait demi memitigasi dampak perubahan iklim yang begitu ekstrem.

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Adaptasi Perubahan Iklim, Kementan Siap Tingkatkan Produktivitas Pertanian
Istimewa
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meminta jajarannya agar terus bersinergi dengan berbagai pihak terkait demi memitigasi dampak perubahan iklim yang begitu ekstrem, khususnya di sektor pertanian maupun perkebunan. Foto acara Mentan Sapa Petani Penyuluh (MSPP) volume 13, Jumat (26/04/2024) di AOR BPPSDMP. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perubahan iklim global yang terjadi saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pertanian dalam mencapai ketahanan pangan.

Sektor ini diharapkan dapat ikut berkontribusi dalam menghadapi perubahan iklim, khususnya dalam upaya menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, dampak perubahan iklim menjadi tanggung jawab bersama.

Untuk itu, Mentan Amran meminta jajarannya agar terus bersinergi dengan berbagai pihak terkait demi memitigasi dampak perubahan iklim yang begitu ekstrem, khususnya di sektor pertanian maupun perkebunan.

Baca juga: Tantangan Stabilkan Pasokan Beras di Tengah Perubahan Iklim

"Kami mengimbau kepada sahabat petani seluruh Indonesia, jangan melakukan pembakaran pada penyiapan lahan perkebunan," tegasnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi pada acara Mentan Sapa Petani Penyuluh (MSPP) volume 13, Jumat (26/04/2024) di AOR BPPSDMP mengatakan bahwa emisi GRK di bumi harus dikurangi.

Emisi terbesar perubahan lahan dari hutan menjadi bukan hutan, kemudian adalah industri, pembakaran dan selanjutnya adalah dari sektor pertanian.

BERITA REKOMENDASI

"Maka, kita harus mempunyai varietas yang toleran terhadap pertanian, produktivitas yang rendah, tingkat kesuburan yang rendah," jelasnya.

Karena kenaikan produktivitas menghasilkan pangan.

Kabadan mengimbau agar kita dapat beradaptasi dengan perubahan iklim supaya terjadi penurunan emisi atau mitigasi.

"Diperlukannya komitmen dan implementasi terhadap penerapan standar untuk aksi adaptasi mendukung peningkatan produktivitas padi dan jagung," jelasnya kembali.

Baca juga: Lestari Moerdijat: Kolaborasi Lintas Sektor Harus Diperkuat untuk Hadapi Dampak Perubahan Iklim

Narasumber MSPP, Kepala Balai Pengujian Standar Instrumen Agroklimat dan Hidrologi Pertanian, Rima Purnamayani mengatakan akibat perubahan iklim global, diproyeksi dalam periode 2020 – 2049 sebagian besar wilayah Indonesia Panjang musim hujannya berkurang 10-20 hari, bahkan di beberapa wilayah akan semakin mundur dan pendeknya musim tanam.


"Saat ini posisi sektor pertanian dalam perubahan iklim adalah sebagai korban dari perubahan iklim, sebagai sumber emisi, namun berpeluang berkontribusi dalam penurunan emisi atau sekuestrasi," jelasnya.

Selanjutnya dampak dari perubahan iklim dalam sektor pertanian yaitu peningkatan suhu global dan kekeringan semakin sering.

"Selain terjadi kerugian ekonomi dan peningkatan musim kemarau juga perubahan fisiologis tanaman padi yang meningkatkan potensi penurunan produksi tanaman padi," imbuhnya. (HV/NF)

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas