Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terungkap, Ini Kalimat Provokasi Para Tersangka ke Taruna STIP sebelum Dianiaya hingga Tewas

Terkuak kalimat provokasi para tersangka sebelum menganiaya Putu Satria Ananta Rustika (19), taruna tingkat 1 Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP).

Penulis: Milani Resti Dilanggi
Editor: Suci BangunDS
zoom-in Terungkap, Ini Kalimat Provokasi Para Tersangka ke Taruna STIP sebelum Dianiaya hingga Tewas
Istimewa
Tangkapan layar CCTV yang menunjukkan detik-detik Taruna STIP Jakarta Putu Satria Ananta Rustika (29) dibopong karena tak sadarkan diri setelah dianiaya - Terkuak kalimat provokasi para tersangka sebelum menganiaya Putu Satria Ananta Rustika (19), taruna tingkat 1 Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP). 

TRIBUNNEWS.COM - Polres Metro Jakarta Utara menetapkan tiga tersangka baru dalam kasus penganiayaan yang menewaskan taruna tingkat 1 Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, Putu Satria Ananta Rustika (19).

Tiga tersangka itu, berinisial KAK alias K, WJP alias W, dan FA alias A.

Sebelumnya, kepolisian telah menetapkan tersangka utama, Tegar Rafi Sanjaya (21). 

Peran tiga tersangka baru, yakni memprovokasi Tegar hingga menunjuk Putu untuk dijadikan korban pemukulan.

Putu diketahui dipukuli oleh Tegar di bagian ulu hati pada Jumat (3/5/2024) lalu di dalam toilet koridor KALK C, lantai 2 STIP Jakarta.

Penganiayaan ini dilakukan karena korban dianggap melakukan kesalahan karena memakai baju olahraga ke ruang kelas pada Jumat pagi.

"Ini yang diidentifikasi menurut persepsi senior tadi, salah atau menggunakan pakaian olahraga memasuki ruang kelas," kata Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan di Mapolres Metro Jakarta Utara, Rabu (9/5/2024) malam. 

Berita Rekomendasi

Tersangka FA 

Mulanya, FA alias A si senior tingkat 2 yang memanggil korban dan empat rekannya untuk turun dari lantai 3 ke lantai 2.

"Woi, tingkat satu yang pakai PDO (pakaian dinas olahraga), sini!", ucap Gidion menirukan FA. 

Selain itu, FA juga berperan sebagai pengawas ketika penganiayaan terjadi di depan pintu toilet. 

Baca juga: Langkah Kemenhub usai Kasus Tewasnya Taruna STIP: Direktur Dibebastugaskan hingga Ubah Kurikulum

Hal itu terbukti dari rekaman CCTV dan keterangan para saksi. 

"Jadi turun dari lantai 3 ke lantai 2. Lalu FA juga berperan menjadi pengawas ketika kekerasan eksesif terjadi di depan pintu toilet dan ini dibuktikan dari CCTV kemudian keterangan para saksi," sambungnya.

Tersangka KAK 

Sementara, KAK di sini berperan menunjuk Putu untuk dijadikan korban pemukulan pertama.

Sejatinya, pemukulan itu direncanakan juga dilakukan kepada teman-teman Putu yang lain.

Namun, Putu menjadi orang pertama yang ditunjuk untuk dipukul hingga tak sadarkan diri setelah menerima hantaman di bagian ulu hati hingga tewas.

"Peran KAK adalah menunjuk korban sebelum dilakukan kekerasan eksesif oleh tersangka TRS," ucap Gidion.

KAK di sini mengucapkan 'adikku aja nih, mayoret terpercaya'. 

"Ini juga kalimat-kalimat yang hanya hidup di lingkungan mereka, mempunyai makna tersendiri di antara mereka," kata Gidion. 

Tersangka WJP

Selanjutnya, di sinilah tersangka WJP beraksi.

WJP  memprovokasi tersangka utama untuk melakukan pemukulan terhadap Putu.

WJP sempat meminta Putu untuk tidak mempermalukan dirinya dan harus kuat menerima pukulan. 

"Jangan malu-maluin CBDM, kasih paham,' ucapan WJP yang diungkap Kapolres Metro Jakarta Utara. 

"Ini bahasa mereka, maka itu kami menggunakan atau melakukan pemeriksaan terhadap ahli bahasa, karena memang ada bahasa-bahasa pakemnya mereka yang kemudian mempunyai makna tersendiri," tutur Gidion.

Adapun Tegar menjadi tersangka utama lantaran melakukan pemukulan dan memasukkan tangannya ke mulut korban hingga korban meregang nyawa.

Tegar dijerat dengan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan juncto pasal 351 KUHP tentang penganiayaan berat.

Sementara tiga lainnya dijerat pasal 55 juncto 56 KUHP dengan alasan keikutsertaan melakukan tindak pidana.

Baca juga: Langkah Kemenhub usai Kasus Tewasnya Taruna STIP: Direktur Dibebastugaskan hingga Ubah Kurikulum

Pesan Terakhir Putu 

Kabar meninggalnya Putu, membuat keluarganya di Bali kaget.

Ibu korban, Ni Nengah Rusmini terlihat meneteskan air mata saat memandangi foto masa kecil sang putra yang masih terpajang di tembok.

"Ini foto Rio (panggilan akrab Putu Satria), saat usia 4 tahun. Tangannya saat itu patah. Dia anak yang sangat bersemangat," ujarnya sembari menatap foto yang terpasang di kamar putranya itu, Rabu (8/5/2024). 

Kamar Putu Satria saat itu tampak rapi.

Beberapa pakaiannya telah dikemas oleh sang ibu, untuk dibawa pada saat upacara pengabenan yang rencana akan dilaksanakan, Jumat 10 Mei 2024.

Ibu dari tiga anak itu benar-bebar berusaha tegar, saat memandangi barang-barang milik sang putra.

Ada satu hal yang membuat perasaan Rusmini saat itu kian terpukul.

Yakni ketika ia menemukan catatan yang ditulis oleh Putu Satria di buku tulis.

Kemungkinan catatan itu dibuat saat Rio belum lama ini.

Dalam catatan tersebut, Rio mengungkapkan kepribadiannya.

Ibu dari Putu Satria, Ni Nengah Rusmini saat memeluk foto sang putra di ditemui di rumah duka di Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, Rabu 8 Mei 2024.
Ibu dari Putu Satria, Ni Nengah Rusmini saat memeluk foto sang putra di ditemui di rumah duka di Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, Rabu 8 Mei 2024. (Tribun Bali/Eka Mita Suputra)

"Saya orang yang mudah bergaul dan beradaptasi, kekurangan saya pelupa.
Saya dilahirkan untuk mengangkat derajat keluarga.
Tugas saya di keluarga adalah memberikan contoh kepada adik-adik saya.
Tugas saya kepada negara, adalah mengabdi dan membangun bangsa ini.
Tugas saya untuk diri sendiri adalah, menjadi seseorang yang bermanfaat pada lingkungan."

Demikian catatan Putu Satria yang ia tulis dengan tulisan tangan.

Membaca catatan itu, Nengah Rusmini tak kuasa menahan tangis.

Perasaanya begitu terluka, membaca catatan sang putra yang memiliki motivasi untuk mengangkat derajat keluarga, hingga menjadi contoh tauladan bagi adik-adiknya.

"Catatan ini baru saja saya baca. Saya dapat buku ini di kamar Rio. Saya berpikir, berarti apapun yang saya kasi tau, dijadikan motivasi oleh anak saya," ungkapnya sembari terisak.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunBali.com dengan judul Catatan Haru Putu Satria, 'Tugas Saya Berikan Contoh ke Adik-adik'

(Tribunnews.com/Milani Resti) (TribunBali.com/Eko Mite Suputra)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas