Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

FKMPS Bahas Pentingnya Sejarah dalam Menjaga Karakter Bangsa

Heppy Trenggono mengingatkan suatu bangsa bisa ditaklukkan tanpa kekuatan militer dengan membuat satu generasi dibuat tidak mengenal sejarah bangsanya

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in FKMPS Bahas Pentingnya Sejarah dalam Menjaga Karakter Bangsa
Istimewa
Foto bersama usai acara  Focus Group Discussion (FGD) bertema "Memudarnya Jati Diri dan Karakter Bangsa" yang diselenggarakan Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Sejarah (FKMPS)   

Laporan Wartawan Tribunnews.com Hasiolan EP

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  - Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Sejarah (FKMPS) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema "Memudarnya Jati Diri dan Karakter Bangsa".

Acara ini menyoroti pentingnya sejarah dalam menjaga jati diri dan karakter bangsa, menghadirkan berbagai tokoh nasional yang berpengaruh.

Dalam pengantarnya, DR (HC) Heppy Trenggono mengingatkan bahwa suatu bangsa bisa ditaklukkan tanpa kekuatan militer dengan cara membuat satu generasi dibuat tidak mengenal sejarahnya sendiri. 

"Kalau bangsa kita paham sejarah, tidak mungkin UUD 1945 dirubah hingga seperti sekarang ini," ujar Heppy, Rabu (22/5/2024).

Menurut penggagas Gerakan Beli Indonesia ini, pemudaran jati diri dan karakter bangsa merupakan tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia saat ini.

Pembicara lain, Prof. TB Massa Djafar menambahkan, pemahaman sejarah yang mendalam akan memberikan landasan kuat untuk merancang masa depan bangsa yang lebih baik.

Berita Rekomendasi

Sementara itu, Ketua FKMPS Batara Richard Hutagalung dalam pemaparannya menyampaikan kekhawatiran tentang banyaknya upaya pemalsuan dalam penulisan sejarah Indonesia. 

Baca juga: Hari Kedua Refleksi Peringatan 26 Tahun Reformasi: Pentingnya Ingat Sejarah Kelam Agar Tak Terulang

Sejak tahun 1994, Batara telah melakukan penelitian intensif mengenai sejarah, terutama kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara Belanda dan sekutunya di Indonesia antara tahun 1945-1950. 

Penelitiannya bersama para veteran dan pejuang angkatan '45 menghasilkan tuntutan terhadap pemerintah Inggris dan Belanda, yang sebagian telah berhasil.

Batara menekankan pentingnya memahami sejarah yang sebenarnya untuk menghindari manipulasi yang dapat mengaburkan jati diri bangsa. 

"Upaya pemalsuan sejarah adalah salah satu cara untuk menghapus identitas dan karakter bangsa kita," ujarnya. 

Dijelaskan Bantara, FKMPS sepakat bahwa sejarah harus berkontribusi dalam desain politik, ekonomi, budaya, dan geopolitik bangsa kita.

"Diskusi ini menegaskan kembali pentingnya memahami dan melestarikan sejarah sebagai bagian integral dari jati diri bangsa," ungkapnya.

Dengan memahami sejarah, lanjutnya, generasi muda dapat membangun karakter yang kuat dan memiliki kebanggaan terhadap identitas nasional.

"FKMPS berkesimpulan bahwa sejarah harus berkontribusi dalam desain politik, ekonomi, budaya, dan geopolitik
bangsa kita," urainya.

Batara menambahkan, Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Sejarah (FKMPS) adalah organisasi yang berkomitmen untuk melestarikan dan memperjuangkan kebenaran sejarah Indonesia.

"Melalui berbagai program dan kegiatan, FKMPS bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sejarah dalam membentuk jati diri dan karakter bangsa," pungkasnya.

Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh nasional, di antaranya Laks TNI. AL. (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno, Batara Richard Hutagalung, Dr. (HC) Heppy Trenggono, Nurrachman Oerip, Dr. Hatta Taliwang, Assoc. Prof. Dr. TB Massa Djafar, Dr. Taufik Bahaudin, Prof. Makarim Wibisono, Yudi Chrisnandy, Prof. Taufik Abdullah, Prof. Owin Jamasy Jamaluddin, M.Hum, MM, Ph.D., Mayjen TNI (Purn.) Soenarko, Dr. MS. Ka'ban, Ir. Sayuti Asyathri, Mayjen TNI (Purn.) Asman A. Nasution, Prof. Dr. Mufti Mubarok, B. Wibowo, Sultan Jambi, Sultan Aceh, Sultan Paser, Nur Aini Bunyamin, Rahma, Akbar Mursalin, Raditya dan 40 tokoh lainnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas