Penyandang Tuli di Indonesia Masih Hadapi Diskriminasi Gender Hingga Kekerasan Seksual
Komnas Perempuan melaporkan di 2023 terdapat 105 kasus kekerasan terhadap perempuan penyandang disabilitas. Tak terkecuali penyandang tuli.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perempuan penyandang tuli di Indonesia masih menghadapi tantangan diskriminasi gender hingga kekerasan.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Eksekutif SETARA Institute Halili Hasan dalam Media Gathering dan Kick-off “FeminisThemis Academy”: FeminisThemis dan Unilever.
"Tantangan ini secara nyata dirasakan teman-teman penyandang disabilitas, mereka kerap mengalami diskriminasi, ketidakadilan, hingga keterbatasan dalam berekspresi, mendapatkan akses informasi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya," ungkap Halili di Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2024).
Baca juga: FeminisThemis Academy 2024, Upaya Pemenuhan Equity, Diversity dan Inclusion Bagi Komunitas Tuli
Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas) Perempuan melaporkan di 2023 terdapat 105 kasus kekerasan terhadap perempuan penyandang disabilitas.
Sebanyak 33 di antaranya dialami penyandang disabilitas sensorik termasuk perempuan Tuli.
Selain itu, Yayasan SAPDA melalui CATAHU Kekerasan Berbasis Gender dan Disabilitas (KBGD) 2022 melaporkan 81 KBGD sepanjang tahun.
Di mana perempuan tuli adalah penyintas terbanyak, yaitu 31 kasus, disusul penyandang disabilitas mental sebanyak 22 kasus.
Pandangan ini pun senada dengan Co-Founder FeminisThemis Nissi Taruli Felicia.
Nissi melihat adanya kecenderungan victim blaming. Dimana banyak masyarakat masih menyalahkan pihak penyintas saat mereka melaporkan kekerasan seksual. Oleh karenanya, sebagian penyintas lain umumnya memilih untuk diam.
Kondisi ini pun mendorong Nissi Taruli Felicia dan teman-temannya untuk mendirikan komunitas FeminisThemis sejak 2021.
Komunitas ini memiliki misi menciptakan komunitas feminis yang inklusif dan edukatif bagi individu tuli, sehingga mereka mampu melawan ketidakadilan serta memperjuangkan kesetaraan gender.
Di sisi lain, menyambut Hari Lahir Pancasila, komunitas FeminisThemis meluncurkan “FeminisThemis Academy 2024.
Yaitu program edukasi mengenai kekerasan seksual dan kesetaraan gender khususnya pada dunia Tuli, didukung penuh oleh Komisi Nasional Disabilitas RI dan Unilever Indonesia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.