Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sengkarut Masalah di Tubuh Polri Berkaca Kasus Polwan Bakar Suami: Pembinaan Mental hingga Patriarki

Sengkarut masalah semakin terlihat di Polri berkaca dari adanya kasus polwan membakar suaminya lantaran gaji digunakan untuk judi online.

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Nuryanti
zoom-in Sengkarut Masalah di Tubuh Polri Berkaca Kasus Polwan Bakar Suami: Pembinaan Mental hingga Patriarki
Kolase Tribunnews.com
Briptu FN, polwan di Mojokerto, Jawa Timur, yang membakar suaminya sesama polisi, Briptu RDW, di Asrama Polisi Mojokerto, Sabtu (8/6/2024). Aksi itu dipicu rasa jengkel pelaku karena korban kerap menghabiskan gajinya untuk judi online. Sengkarut masalah semakin terlihat di Polri berkaca dari adanya kasus polwan membakar suaminya lantaran gaji digunakan untuk judi online. 

TRIBUNNEWS.COM - Polisi wanita (Polwan) yaitu Briptu FN (28) yang membakar suaminya sesama anggota Polri, Briptu RDW (29) di Mojokerto, Jawa Timur menjadi sorotan publik.

Dikutip dari Tribun Jatim, peristiwa memilukan ini dipicu terkait gaji ke-13 dari Briptu RDW yang berkurang dari Rp 2,8 juta menjadi tinggal Rp 800 ribu.

Hal ini diketahui saat Briptu FN mengecek saldo rekening dari suaminya tersebut.




Kemudian, Briptu RDW diminta pulang oleh istrinya untuk mengklarifikasi terkait berkurangnya gaji ke-13 tersebut.

Namun, sebelum suaminya pulang, Briptu FN sudah membeli bensin.

Lalu, setibanya Briptu RDW di rumahnya, cekcok pun tak terhindarkan dengan istrinya tersebut.

Cekcok itu pun berakhir dengan dibakarnya tubuh Briptu RDW setelah sebelumnya bensin yang dibeli disiramkan sendiri oleh sang istri.

BERITA TERKAIT

Nahas, nyawa Briptu RDW tidak tertolong setelah sempat menjalani perawatan selama satu hari dari Sabtu-Minggu (8-9/6/2024) lalu di RSUD Wahidin dr Sulaiman Rosyid, Mojokerto.

Sementara, Briptu FN terancam hukuman maksimal 15 tahun penjara usai dijerat Pasal 44 ayat (3) subsidair ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Baca juga: Update Polwan Bakar Suami: Briptu FN Ditahan di Tempat Khusus, Alami Luka Bakar di Tangan

Di sisi lain, berdasarkan keterangan Briptu FN, motif dirinya nekat membakar suaminya lantaran kesal korban kerap menghabiskan gajinya untuk judi online.

"Bahwa motif daripada kejadian ini bahwa suadara almarhum ini, Briptu RDW ini sering menghabiskan uang belanja yang harusnya dipakai untuk membiayai hidup ketiga anaknya, ini dipakai untuk, mohon maaf ini, main judi online," ujar Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Dirmanto pada Minggu (9/6/2024) lalu.

Kasus ini pun menjadi salah satu tanda sengkarut masalah yang menghinggapi tubuh Polri.

Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto pun menganggap bahwa gaya hidup hedon dinilai menjadi penyebab adanya anggota Korps Bhayangkara sampai terjerat judi online (judol) seperti yang dialami Briptu RDW.

Senada, pengamat psikologi forensik, Reza Indragiri turut mengaku prihatin terkait adanya anggota polisi yang justru kecanduan judi online.

Reza menilai, hal itu bisa berdampak luas ke kualitas pelayanan hingga penegakan hukum oleh polisi yang kian dipertanyakan oleh masyarakat.

Kasus Polwan Bakar Suami Imbas Judi Online: Wujud Lemahnya Pembinaan Mental Polri

Pengamat Kepolisian sekaligus peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto
Pengamat Kepolisian sekaligus peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto (IST)

Pengamat kepolisian ISESS, Bambang Rukminto mengatakan peristiwa polwan membakar suaminya sendiri karena judi online (judol) menjadi wujud lemahnya pembinaan mental anggota Polri.

Bambang mengatakan adanya kultur patriarkhi di kepolisian hingga tak adanya satuan pengaduan menjadi wujud bagaimana lemahnya pembinaan mental di Polri.

"Keduanya menunjukkan lemahnya pembinaan mental anggota Polri. Secara kelembagaan, memang nyaris tidak ada satuan pengaduan yang independen terkait problematika anggota."

"Belum lagi kultur di kepolisian yang sangat patriarki. Bisa jadi keluhan-keluhan anggota polisi wanita ataupun Bhayangkari istri anggota terabaikan," kata Bambang kepada Tribunnews.com, Selasa (11/6/2024).

Selain itu, Bambang juga menduga terlibatnya anggota polisi dalam judi online adalah wujud gaya hidup hedonisme yang dianut sehingga menyebabkan pendapatan tidak sesuai dengan pengeluaran.

Alhasil, sambungnya, banyak polisi mencari pendapatan lain dengan cara ilegal.

"Kesejahteraan personel sebenarnya sudah memadai, hanya saja karena bergaya hidup hedon justru membuat pendapatan mereka selalu kurang."

"Akibatnya, mereka mencari duit dari sumber-sumber yang tidak jelas," tutur Bambang.

Bambang pun turut membeberkan faktor lain sehingga anggota polisi justru terjerumus dalam jurang judi online seperti kelemahan mental dan pengawasan tidak efektif oleh organisasi kepolisian itu sendiri.

Di sisi lain, dia pun turut mengkritik kinerja elit kepolisian yang justru sibuk mencari jabatan di kementerian/lembaga (K/L) alih-alih memperbaiki pembinaan mental anggotanya.

"Sementara itu, alih-alih memikirkan kesejahteraan dan kesehatan mental anggota, maupun membangun organisasi yang profesional, elit kepolisian malah sibuk mencari jabatan di K/L lain," tegasnya.

Prihatin Polisi Terjerumus Judol, Berimbas ke Pelayanan Masyarakat

Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel
Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel (Tangkap layar kanal YouTube Baitul Maal Hidayatullah)

Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri menilai kasus Briptu FN membakar suaminya sendiri karena menghabiskan gajinya untuk judol menjadi hal yang memprihatinkan.

Namun, dia juga prihatin atas anggota polisi yang justru kecanduan judi online yang notabene adalah penegak hukum.

Menurutnya, hal itu akan berimbas pada kualitas pelayanan, perlindungan, pengayoman, dan penegakan hukum oleh polisi menjadi dipertanyakan oleh masyarakat.

Oleh karena itu, ia mengatakan Polri sebagai lembaga tidak bisa lepas tangan terkait tingkah laku personelnya.

"Anggaplah institusi Polri tidak bertanggung jawab langsung atas kelakuan personelnya itu."

"Tapi karena perilaku bermasalah bahkan adiksi itu tak terpisahkan dari kerja perpolisian si personel, maka kualitas pelayanan, perlindungan, pengayoman, dan penegakan hukum si personel tentu terimbas. Pada titik itulah, secara tidak langsung, Polri sebagai lembaga tidak bisa berlepas tangan," ucap Reza dalam keterangan tertulis seperti dikutip pada Selasa (11/6/2024).

Ia pun menduga anggota polisi yang mengalami masalah candu judi online tidak hanya satu orang.

"Patut diduga, personel Polri yang mengalami masalah candu judi online tidak hanya satu orang. Konkretnya, berapa besar? Polri punya data estimasinya? Data itu dibutuhkan sebagai dasar bagi kita untuk menentukan apakah, secara ironis, personel polisi justru termasuk dalam kelompok rentan," lanjutnya.

Reza mengatakan semakin banyak personel polisi yang mengalami adiksi judi online, semakin besar pula penurunan kualitas layanan polisi bagi masyarakat.

Sebagian artikel telah tayang di Tribun Jatim dengan judul "Pemicu Polwan Tega Bakar Suami, Kesal Lihat Gaji Ke-13 Sisa Rp800 Ribu sampai Borgol Tangan Korban"

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Jatim/Alga)

Artikel lain terkait Polwan Bakar Suami di Mojokerto

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas