Cerita Panglima TNI Pernah Suruh Pasukan Tahajud dan Yasinan saat Misi Kemanusiaan ke Palestina
Ternyata pada misi ketiga ia sempat putus asa karena tidak mendapatkan izin dari Amerika Serikat (AS) untuk mengirimkan 20 paket bantuan.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengungkapkan hingga saat ini TNI telah melakukan pengiriman bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina sebanyak tiga kali.
Dari ketiga misi kemanusiaan tersebut, ternyata pada misi ketiga ia sempat putus asa karena tidak mendapatkan izin dari Amerika Serikat (AS) untuk mengirimkan 20 paket bantuan dengan berat masing-masing 160 kg.
Dalam paparan yang ditampilkan di layar, misi pengiriman bantuan kemanusiaan ketiga untuk warga Palestina tersebut berlangsung selama 10 hari dari mulai 29 Maret 2024 sampai 7 April 2024.
Baca juga: Panglima TNI Perintahkan Buru OPM yang Tembak Sopir dan Bakar Mobil di Paniai Papua Tengah
Personel yang terlibat adalah 27 personel.
Mereka terdiri dari satu orang mission commander, 15 kru Super Hercules C-130-J, empat personel tim dukungan logistik, dua orang personel tim pengamanan, dua personel tim penerangan, dan tiga personel liaison officer (LO).
Baca juga: Panglima TNI Pastikan Misi Kemanusiaan dan Perdamaian Ke Gaza Taati Prosedur PBB
Bantuan tersebut dikirimkan melalui metode air drop atau lewat pesawat udara.
Ia menceritakan pesawat Super Hercules tersebut take off dari wilayah Yordania.
Agus mengatakan, hal itu karena Yordania memiliki hubungan diplomatik militer dengan Indonesia.
Hal itu disampaikannya saat acara Silaturahmi dan Tukar Pikiran tentang perang TNI dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia di Gedung MUI Jakarta pada Jumat (14/6/2024).
"Ini pun, negara (berpenduduk mayoritas) Islam hanya Indonesia yang boleh. Alhamdulillah doanya dari para ulama terima kasih. Itu pun sudah detik-detik terakhir. Kita sudah putus asa, sudah mau pulang. Akhirnya sudah, suruh tahajud dengan baca Yasin di sana. Akhirnya dari Amerika menyetujui," kata Agus.
Agus mengatakan sebelumnya pihaknya telah berkoordinasi dengan intelijen BAIS TNI terkait misi kemanusiaan tersebut.
Namun demikian, upaya negosiasi dari BAIS sempat buntu dengan alasan keamanan berdasarkan perbedaan paham keagamaan.
"Tapi saya bilang, coba negosiasi lagi. Akhirnya hanya satu-satunya negara (mayoritas penduduk) Islam yang pesawatnya digunakan untuk air drop ya Indonesia," kata dia.
Baca juga: Koalisi Masyarakat Sipil Kritik Pernyataan Panglima TNI Soal Multifungsi ABRI