Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dewan Pers Beberkan Kekhawatiran RUU Penyiaran di Rapat UNESCO Kroasia: Indonesia dalam Bahaya

Menurutnya, hal ini dikhawatirkan akan menjadi masalah ke depan pasca-Pemilihan Presiden yang akan berganti kepemimpinan pada Oktober nanti.

Editor: Acos Abdul Qodir
zoom-in Dewan Pers Beberkan Kekhawatiran RUU Penyiaran di Rapat UNESCO Kroasia: Indonesia dalam Bahaya
dewanpers.or.id
Anggota Dewan Pers, A Sapto Anggoro, memberikan masukan dalam rapat United Nation Educational, Sciencetific, and Cultural Organization (UNESCO) tentang Tata Kelola Platform Digital pada 19 Juni 2024 di Dubrovnik, Kroasia. Masukan ini terkait pasal yang dinilai bermasalah dalam draf Rancangan Undang-undang (RUU) Penyiaran yang diinisiasi DPR RI. 

Selain Dewan Pers, ada pula dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang dipimpin langsung ketuanya Rahmad Bagja, Koalisi Damai gabungan dari beberapa CSO (chief security officer), termasuk Mafindo dan Ecpat Indonesia. Ketua Koalisi Damai, Wijayanto, SIP, MSi, PhD yang juga wakil rektor Universitas Diponegoro memimpin koalisi. Sedangkan dari Mafindo dihadiri Setiaji Eko Nugroho dan Ecpat oleh Oviani Fathul Jannah.

Dalam paparannya, Rahmat Bagja yang menjadi pembicara di hari pertama diskusi menyampaikan, bahwa pengalamannya mengawasi dan mengelola pelaksanaan Pilpres 2024 berlangsung baik, karena kolaborasinya dengan Koalisi Damai yang aktif memberikan masukan mengenai pengelolaan isu media dan pendekatannya.

Guideline yang telah disusun oleh UNESCO dan diterjemahkan oleh kawan-kawan Koalisi Damai sangat membantu pelaksanaan dan eksekusi Bawaslu pada Pilpres 2024,” kata Rahmat.

Jurnalis dari berbagai organisasi seperti Pewarta Foto Indonesia (PFI), AJI, PWI, IJTI, dan organisasi pers kampus menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (27/5/2024). Aksi tersebut menolak rancangan undang-undang (RUU) Penyiaran yang kini dibahas DPR karena terdapat sejumlah pasal yang membungkam kerja jurnalisme, salah satunya mengenai pelarangan penyiaran jurnalisme investigasi. TRIBUNNEWS/HERUDIN
Jurnalis dari berbagai organisasi seperti Pewarta Foto Indonesia (PFI), AJI, PWI, IJTI, dan organisasi pers kampus menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (27/5/2024). Aksi tersebut menolak rancangan undang-undang (RUU) Penyiaran yang kini dibahas DPR karena terdapat sejumlah pasal yang membungkam kerja jurnalisme, salah satunya mengenai pelarangan penyiaran jurnalisme investigasi. TRIBUNNEWS/HERUDIN (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Wijayanto yang mewakili Koalisi Damai cukup aktif dalam melakukan diskusi di UNESCO. Selain sebagai pembicara resmi, dia juga terlibat aktif dalam kelompok-kelompok ahli selama diskusi berlangsung. Dia juga menyampaikan perkembangan mengenai pelaksanaan Pilpres 2024.

Wakil Rektor Undip yang juga dosen politik dengan disertasi tentang media Kompas ini menyampaikan, kunci sukses pelaksanaan Pemilu 2024 dalam konteks komunikasi dan damai, dalam arti memperkecil potensi konflik.

Kunci sukses itu, menurut Wijayanto, antara lain karena kolaborasi dengan Bawaslu dan Komisi Pemilu Indonesia, memonitor ruang publik terutama yang digital, membangun dialog dengan partai-partai peserta pemilu dan lain-lain.

"Kami meminta mereka, para pemimpin partai, untuk menandatangani pemilu damai. Berkat fasilitasi Bawaslu dan KPU, itu bisa berhasil,” tutur Wijayanto.

Baca juga: Dinasti Politik, Perludem Ungkap Bahaya Pemilu Bersandar Hukum Tanpa Etik, Singgung Adolf Hitler

Berita Rekomendasi

Ia menambahkan, Pilpres 2024 telah menghasilkan sosok yang kerap joget saat kampanye berpasangan dengan anak muda. Tantangan berikutnya, tambahnya, adalah tentang pelaksanaan Pilkada Serentak 2024.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas