Cerita Marketing Judi Online soal Bocornya Rencana Polisi hingga Ditawari ke Luar Negeri
Pria asal Cilincing, Jakut, menceritakan pengalamannya menjadi marketing situs judi online yang beroperasi di Filipina.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nuryanti
Made, juga bukan nama sebenarnya, memilih merantau ke Kamboja untuk bekerja di situs judi online.
Ia mendapatkan gaji mencapai Rp7,8 juta setiap bulannya, berbeda saat ia bekerja di Indonesia dengan upah Rp250 ribu per bulan.
Selama bekerja di Kamboja, Made sudah berhasil merenovasi rumah orang tuanya di kampung halaman.
Ia juga rutin mengirimkan uang bulanan untuk keluarganya.
"Waktu tahun pertama kerja, rumah orang tua yang masih berdinding bambu saya ganti pakai tembok. Waktu di Jakarta, saya belum bisa membantu mereka. Tetapi, di sini, sampai sekarang saya masih bantu," cerita Made.
Berbeda dari Alvero dan Made, Oni, bukan nama sebenarnya, bekerja di Indonesia.
Baca juga: Level Anggota DPR Juga Kecanduan Judi Online, Keluarga Lapor ke MKD, Bakal Dipecat?
Oni bekerja di situs judi online yang berbasis di Jakarta sejak September 2023.
Ia bertugas mencari pemain baru untuk empat situs judi online yang baru beroperasi tahun lalu.
Dari pekerjaannya, Oni mendapat gaji hingga Rp13 juta tiap bulan.
"Gue megang empat situs. Gue tergabung dalam tim yang anggotanya sembilan orang. Setiap orang mencari 100 pemain untuk satu situs. Berarti (gue) harus mencari 400-an pemain baru untuk empat situs itu," urai Oni.
Meski demikian, Oni mengaku kesulitan memenuhi target pekerjaannya.
Untuk mengakalinya, ia memberikan modal deposit kepada para penjudi baru menggunakan uangnya sendiri.
"Empat situs itu bayarannya Rp13 juta. Gue bakar duit juga Rp3 jutaan. Kalau susah nyari member, gue bakar duit. Jadi bersihnya di gue ya dapat Rp8 jutaan," ungkapnya.
"Caranya, gue minta orang (calon penjudi) bikin akun di situs itu, nanti biaya depositnya dari gue," tutupnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.