Eks Menlu RI Tegaskan Pendidikan jadi Cara Tangkal Pengaruh Radikalisme di Indonesia
Tanpa pendidikan, menurutnya, bangsa Indonesia akan jauh tertinggal untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) dan Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Alwi Shihab menegaskan bahwa pendidikan punya peran penting dalam upaya menangkal pengaruh ekstrimisme dan radikalisme di Indonesia.
Hal ini disampaikan Alwi dalam konferensi pers pelaksanaan Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB), di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Jumat (5/7/2024).
"Apa upaya yang konkret yang bisa dilakukan untuk mengatasi ekstrimisme dan radikalisme ini yang menghebohkan dunia pada waktu itu? Kita sepakat bahwa pendidikan salah satu jalan keluar untuk memberikan solusi," kata Alwi.
Ia menyampaikan pendidikan juga merupakan cara untuk menciptakan masyarakat plural yang inklusif. Tanpa pendidikan, menurutnya, bangsa Indonesia akan jauh tertinggal untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
"Semua usaha untuk menciptakan masyarakat yang plural, tapi inklusif tidak bisa tidak melalui pendidikan. Tanpa pendidikan kita akan jauh di belakang untuk mencapai cita-cita ini," ucapnya.
Baca juga: Mitigasi Risiko Ancaman Teror, BNPT Audit Sistem Keamanan Fasilitas Publik di Jantung Kota Jakarta
Menurutnya, pendidikan juga dapat mengubah perilaku, sikap hingga mentalitas setiap orang.
"Melalui pendidikan bisa merubah attitude, sikap, mentalitas," ucapnya.
Sebagai informasi, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu RI) bersama Institute Leimena akan menggelar Konferensi Internasional LKLB pada 10-11 Juli 2024 mendatang. Forum ini membahas upaya penguatan kolaborasi multiagama di tengah berbagai tantangan dunia saat ini.
Adapun dalam konferensi internasional ini mengambil tema 'Multi-faith Collaborations in a Inclusive Society' atau Kolaborasi Multi-iman dalam Masyarakat yang Inklusif.
Forum ini akan jadi wadah bagi dari berbagai pemeluk agama dan kepercayaan untuk saling belajar dan bekerja sama dengan tetap menghormati perbedaan guna mengatasi masalah yang jadi perhatian bersama.
Selama dua hari pelaksanaan, Konferensi Internasional LKLB ini menghadirkan 50 narasumber lintas negara yang mengisi 5 panel utama dengan format hibrid dan 10 sesi breakout.
Sekitar 200 peserta diundang yang merupakan pejabat pemerintah dalam dan luar negeri, duta besar negara sahabat, hingga akademisi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.