Pengamat Hendri Satrio: Gerakan Perubahan di DPD Layak Didukung
Ggerakan perubahan yang digagas para senator itu bisa membuat DPD lebih baik lagi dari saat ini
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Hendri Satrio atau Hensat mengatakan gerakan perubahan yang digagas sejumlah senator di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI harus didukung seluruh rakyat. Hensat menyebut para senator tersebut ingin melakukan perbaikan di tubuh DPD.
"Gerakan perubahan yang ada di DPD ini menurut saya harus didukung seluruh rakyat indonesia, dan gerakan perubahan ini sedang mengakselerasi bagiamana DPD menjadi lebih baik dan bisa konsisten dalam perjuangan membela rakyat," ujar Hensat kepada wartawan, Selasa (23/7).
Hensat berpendapat gerakan perubahan ini bisa membuat DPD berkonsolidasi dan mewujudkan tujaun-tujuan politiknya untuk kepentingan rakyat.
Menurutnya, gerakan perubahan yang digagas para senator itu bisa membuat DPD lebih baik lagi dari saat ini.
"Gerakan perubahan ini harusnya bisa membuat dpd lebih memiliki arti di mata masyarakat, dan tentu saja di mata temen temen legislatif, sehingga lebih mengedepankan marwah lembaga serta mengedepankan kepentingan rakyat banyak, bukan kepentingan kelompok," katanya.
Baca juga: Anggota DPD RI Terpilih dari Papua Bantah Kabar Yorrys Didukung Seluruh Senator Papua
Sebelumnya Rapat Paripurna DPD pada Jumat (12/7) pekan lalu sempat diwarnai kericuhan lantaran sejumlah senator tak setuju draf tata tertib yang hendak disahkan oleh La Nyalla.
Rapat Paripurna ke-12 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) RI Masa Sidang V 2023-2024 itu pun berakhir buntu dengan tidak menemui kesepakatan terkait penyempurnaan tata tertib DPD RI.
Anggota DPD RI Dapil Papua, Yorrys Raweyai yang tergabung dalam kelompok perubahan mengkritik gaya kepemimpinan Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti buntut kericuhan sidang Paripurna pada Jumat (12/7) pekan lalu.
Menurut Yorrys, kericuhan itu dinilai buntut dan akumulasi dari gaya kepemimpinan La Nyalla dan Nono Sampono yang tertutup dan eksklusif selama ini.
"Kekecewaan demi kekecewaan akibat gaya kepemimpinan otoriter dan tertutup Pak LaNyalla dan Pak Nono sudah terakumulasi sejak lama, hingga memunculkan resistensi yang memuncak," kata Yorrys dalam keterangannya, Selasa (16/7/2024).