Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jimly Asshiddiqie Harap Pimpinan DPD RI ke Depan Punya Semangat Perubahan

Jimly Asshiddiqie berharap, pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) ke depan memiliki semangat perubahan.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Jimly Asshiddiqie Harap Pimpinan DPD RI ke Depan Punya Semangat Perubahan
Istimewa
Focus Group Discussion (FGD) MPR RI dengan Forum Aspirasi Konstitusi bertema ‘Penataan MPR-DPR-DPD RI di Masa Depan’, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (29/7/2024). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Forum Aspirasi Konstitusi Jimly Asshiddiqie berharap, pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) ke depan memiliki semangat perubahan.

Perubahan yang dimaksud yakni membawa DPD RI ke arah lebih baik lagi dari sebelumnya.

"Saya serahkan kepada mekanismenya, kan saya enggak anggota lagi, pokoknya ada semangat ingin perubahan. Nah itu saya rasa masuk akal aja," kata Jimly usai acara Focus Group Discussion (FGD) MPR RI dengan Forum Aspirasi Konstitusi bertema ‘Penataan MPR-DPR-DPD RI di Masa Depan’, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (29/7/2024).

Lantas, Jimly menyinggung perihal wacana amendemen kelima yang sempat mengemuka beberapa waktu lalu.

Menurutnya, merujuk waktu amendemen yang pernah dilakukan terhadap UUD NRI 1945, adalah sebuah keniscayaan jika saat ini dilakukan perubahan kelima. 

Apalagi, semakin lama semakin banyak kekurangan yang dirasa ada pada UUD 1945, termasuk pelaksanaan sistem demokrasi yang diterapkan sekarang. 

Berita Rekomendasi

"Pertama kita tidak boleh anti perubahan, karena amandemen itu adalah suatu keniscayaan. Apalagi usia konstitusi yang kita pakai sudah relatif cukup untuk dilakukan penyempurnaan. Ingat penyempurnaan, itu bukan berarti kembali kepada UUD 1945 sebelum perubahan. Penyempurnaan adalah perbaikan dari UUD yang kita pakai sekarang untuk diperbaiki. Kita tidak boleh menatap kebelakang, memakai UUD yang lama, kita harus memandang ke depan, memperbaiki apa yang ada saat ini untuk disempurnakan," ujar Jimly. 

Sedangkan pasal apa saja yang perlu diperbaiki, menurut Jimly itu perlu didiskusikan secara matang. 

Termasuk menyangkut penguatan lembaga DPD, tidak boleh dilakukan dengan tergesa-gesa, tapi harus dengan pertimbangan matang.

"Yang penting, DPD jangan sampai mengganggu apalagi mengambil alih kewenangan yang selama ini sudah dimiliki DPR. Kalau itu bisa dijaga, niscaya penguatan lembaga legislatif melalui amandemen konstitusi bisa diwujudkan, minimal oleh MPR periode yang akan datang," ucap Jimly.

Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI dari kelompok DPD, Fadel Muhammad menegaskan, sejak diamendemen pada era Reformasi, Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 nyaris berusia seperempat abad. 

Sejak itu, banyak kelamahan yang ditemukan muncul dari UUD NRI 1945 hasil empat tahap perubahan. 

Sebab itu, tidak berlebihan jika saat ini berbagai kalangan meminta UUD NRI 1945 hasil perubahan, itu segera disempurnakan. 

Salah satu alasan yang membuat UUD NRI 1945 perlu disempurnakan, menurut Fadel, adalah kebutuhan melakukan penguatan terhadap lembaga MPR, DPR dan DPD RI.  

MPR misalnya, sejak UUD mengalami empat tahap perubahan, tugas dan kewenangannya berkurang secara signifikan. 

MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara. MPR juga tidak bisa mengeluarkan ketetapan yang mengikat ke luar.

MPR juga tidak memiliki kewenangan membuat garis besar haluan negara, seperti sebelumnya. 

“Perubahan itu menimbulkan efek yang besar. Hilangnya GBHN misalnya, membuat arah pembangunan nasional menjadi tidak jelas. Akibatnya proses pembangunan tak memiliki arah yang pasti, maju mundur tidak memiliki kejelasan,” kata Fadel Muhammad.

Selain kelembagaan MPR, UUD 1945 kata Fadel juga terlalu kecil memberikan tugas dan wewenang kepada Dewan Perwakilan Daerah (DPD). 

Dan itu membuat kehadiran DPD belum memberikan kontribusi yang signifikan kepada proses pembangunan daerah. Akibatnya, banyak daerah yang memandang sebelah mata atas kehadiran anggota DPD.

Baca juga: Bamsoet Sebut Sidang Tahunan MPR Dilaksanakan Bersamaan Sidang Bersama DPR-DPD pada 16 Agustus

"Itulah sebagian kecil kelemahan yang kami rasakan ada pada UUD NRI 1945 hasil empat tahap perubahan. Karena itu, akan lebih baik jika penataan ulang dan penguatan lembaga legislatif, baik MPR, DPR maupun DPD, itu dilakukan melalui amandemen konstitusi. Minimal bisa dimulai pada periode MPR yang akan datang," pungkas Fadel. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas