Presiden Terpilih Prabowo Diminta Lebih Menguatkan Lagi Hubungan dengan Jepang
Tahun 2023 lalu, Jepang tercatat sebagai negara penanam modal asing terbesar keempat di Indonesia dengan total investasi 3,26 miliar dolar AS
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akhir tahun 2024 ini menjadi momen penting bagi hubungan Indonesia-Jepang yang menginjak usia 66 tahun.
Pemerintahan baru di bawah kepemimpinan presiden terpilih Prabowo Subianto sudah selayaknya kembali menguatkan hubungan Indoenesia-Jepang, bukan hanya di level pemerintahan, tetapi juga di sektor swasta.
Ini perlu dilakukan untuk meningkatkan investasi langsung (foreign direct investment) yang sangat dibutuhkan Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan 8 persen per tahun.
“Indonesia sangat butuh investasi langsung yang punya efek terciptanya lapangan kerja. Ini pasti akan menjadi pilar pertumbuhan. Agak susah membayangkan, target pertumbuhan yang dicanangkan Pak Prabowo delapan persen itu tidak bisa dicapai tanpa foreign direct investment. Dari Jepang salah satunya,” kata Zenzia Ihza Sianica, Pengamat Hubungan Indonesia-Jepang, dalam keterangannya kepada media, Sabtu (17/8/2024).
Zenzia menyebut, ada kecenderungan melemahnya tren investasi Jepang ke Indonesia.
Baca juga: Dampak Taifun No.7 Jepang Menghantam Area Kanto Jumat Ini
Dia mengutip laporan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang menunjukkan tingkat investasi Jepang di Indonesia dalam satu dekade terakhir memang relatif menurun.
Dalam catatan BKPM, nilai investasi Jepang tercatat pernah mengalami titik tertinggi pada 2016 sebesar 5,4 miliar dolar AS, dan pernah hanya tingal 2,26 miliar dolar AS, yang menjadi titik terendah investasi Jepang di Indonesia pada 2021.
Kendati begitu, tahun 2023 lalu, Jepang tercatat sebagai negara penanam modal asing terbesar keempat di Indonesia dengan total investasi 3,26 miliar dolar AS berdasarkan data realisasi investasi PMA per kuartal III 2023.
Karena itu, lanjut Zenzia, untuk meningkatkan citra Jepang di Indonesia, 685 perusahaan Jepang yang tergabung dalam Japan Jakarta Club (JJC) gencar melaksanakan proyek netral karbon yang juga merupakan kontribusi langsung dalam mencapai target Indonesia net zero 2060.
Menurutnya, perusahaan Jepang di Indonesia juga aktif berperan dalam pengembangan SDM.
Saat ini perusahaan Jepang telah menciptakan 7,2 juta lapangan pekerjaan.
"Dalam waktu yang bersamaan mereka merancang, merangkum, dan menggalakkan program magang bagi pencari kerja, program internship bagi siswa-mahasiswa, dan juga program upskill SDM dengan menggunakan standar nasional yang terus berkembang” kata Zenzia.
Menurut catatan, Jepang merupakan mitra dagang utama ke-4 bagi Indonesia.
Nilai total perdagangan selama 5 tahun terakhir meningkat 9 persen per tahun dari 31,7 miliar dolar AS (2022) menjadi 37,3 miliar dolar AS (2023).
Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan dengan Jepang dalam 5 tahun terakhir dengan tren peningkatan 13 persen pada periode 2019-2023.
Adapun komoditas utama ekspor Indonesia ke Jepang adalah batubara, copper ores, nikel, peralatan listrik, karet alam, produk pertanian, plywood, dan produk kertas.
“Penting bagi pemerintahan mendatang memperluas kerja sama di bidang ekonomi dengan Jepang. Berdasarkan Sejarah hubungan Jepang-Indonesia yang telah berlangsung selama 68tahun dapat dibuktikan, Jepang tahu pasar Indonesia dengan baik, tahu bagaimana berurusan dengan birokrasi Indonesia. Mitra kerja di Indonesia juga sudah demikan luas,” kata Zenzia.