Sejumlah Tokoh Tanggapi Pernyataan Bahlil Terkait Raja Jawa: Rocky Gerung Beri Kuliah Sejarah
Gubernur DIY yang juga Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengaku tidak tahu siapa yang dimaksud Bahlil.
Editor: Erik S
Penggambaran itu secara tidak langsung menghina rakyat Jawa.
Baca juga: Megawati Ingin Kenalan dengan Raja Jawa yang Disebut Bahlil saat Munas Golkar
Sebab, rakyat Jawa sudah lama menganggap raja mereka itu justru merupakan lambang kemuliaan jika mau mendengar suara rakyat.
Bahlil juga dinilai kurang membaca hasil riset soal kebudayaan Jawa yang ditulis oleh penulis ternama seperti Ben Anderson.
"Semua itu menunjukkan bahwa Bahlil tidak mengerti Kebudayaan Jawa apalagi Kebudayaan Kerajaan Jawa, jadi dia asal mengucapkan sesuatu yang kemudian menjadi kecelakaan sejarah," katanya.
Padahal, banyak Raja Jawa yang mulia dan mampu membaca semangat zaman.
Rocky mencontohkan Sultan Hamengkubuwono IX dan X.
"Bahlil memang tidak paham bahwa negeri ini dirancang berdasarkan prinsip-prinsip kebudayaan yang bahkan udah kuno tapi ada prinsip di dalamnya yang harusnya diucapkan oleh Bahlil yaitu raja jawa yang bijak itu, sama seperti Sultan Hamengkubuwoni IX dan X itu kan Raja Jawa, masa sultan mau disebut bengis padahal Sultan Hamengkubuwono IX dan X itu juga ketua-ketua Golkar loh," jelasnya.
Baca juga: VIDEO Kala Bahlil Singgung Raja Jawa di Hadapan Kader Golkar: Jangan Main-main, Celaka Kita
Namun, Rocky melanjutkan justru rakyat Indonesia memahami maksud Bahlil bahwa Raja Jawa yang memiliki sifat bengis itu bernama Jokowi.
Di sisi lain, ucapan Bahlil juga dinilai sebagai sinyal menghisap kemampuan Jokowi untuk membelanya.
"Jadi kalau itu jadi trending topic sekarang artinya seluruh Rakyat Indonesia menganggap bahwa politik memang sudah dirumuskan dengan bagus oleh Golkar. Dalam hal ini Golkarnya Bahlil di depan presiden Jokowi dan Jokowi tentu tahu sinyal itu adalah sinyal bukan sekadar menjilat tapi menghisap seluruh kemampuan jokowi untuk membela Bahlil," pungkasnya.
Hanya ada zaman dulu
Mantan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto berpendapat, keberadaan "Raja Jawa" di Indonesia hanya ada pada zaman kerajaan dahulu. Bukan lagi di masa dewasa ini.
Hal itu sebagai respons Airlangga terkait istilah Raja Jawa yang disampaikan Bahlil Lahadalia.
"Raja Jawa kan zaman kerajaan dulu, bukan zaman sekarang," kata Airlangga kepada wartawan di JI-Expo, Kamis (22/8/2024).
Saat ditanya terkait ketidakhadirannya di acara Munas Golkar kemarin, Airlangga enggan merespons. Namun dia memastikan bahwa akan menghadiri Hari Ulang Tahun (HUT) Partai Golkar.