Resmi Dilantik Jadi Mendikdasmen, Abdul Muti Ungkap Pemikirannya Soal Pendidikan di Bangku Sekolah
Abdul Muti mengaku punya kedekatan khusus dengan Nadiem. Pria kelahiran Kudus, Jawa Tengah tahun 1968 ini menyebut dirinya dan Nadiem tidak ada jarak.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nadiem Makarim resmi melakukan serah terima jabatan (Sertijab) dengan tiga menteri baru.
Salah satunya dengan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti. Acara dihelat pada Senin (21/10/2024) di Gedung A Kemendikbudristek, Jakarta.
Saat menyampaikan sambutan, Abdul Muti mengaku punya kedekatan khusus dengan Nadiem. Pria kelahiran Kudus, Jawa Tengah tahun 1968 ini menyebut dirinya dan Nadiem tidak ada jarak.
Ia kemudian mengungkap bahwa Nadiem hadir pada saat acara pengukuhan dirinya menjadi Guru Besar UIN Jakarta. Padahal, saat itu sedang transisi pandemi Covid-19.
“SK (guru besar) saya yang menandatangani itu Mas Nadiem. Yang menjadikan saya profesor adalah Mas Nadiem,” ujar Abdul Mu’ti.
Kemudian, saat meluncurkan bukunya berjudul “Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan”, Sekretaris PP Muhammadiyah ini juga menyebut Nadiem sempat hadir dan turut menjadi salah satu pembicara.
Dosen UIN Syahid Jakarta ini juga merasa dekat dengan Nadiem lantaran sering membahas masalah-masalah pendidikan.
"Mas Nadiem tetap keep in touch dan jangan khawatir saya tetap jadi pelanggan setia Gojek,” candanya.
Sebagai informasi, Abdul Muti resmi dikukuhkan menjadi Guru Besar bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (2/9/2020).
Saat itu ia menyampaikan, pendidikan adalah kunci kemajuan bangsa. Baginya, pendidikan bukan hanya untuk mencetak generasi yang cerdas, tetapi juga generasi yang berkarakter, beretika, dan memiliki rasa tangung jawab terhadap kemanusiaan.
Lulusan studi magister di Universitas Flinders Australia ini menyampaikan pemikirannya terkait pendidikan yang lebih progresif.
Menurutnya, pendidikan di Indonesia perlu direformasi secara mendasar agar relevan dengan kebutuhan zaman.
Dalam pandangannya, pendidikan bukan hanya sekadar mencetak siswa yang cerdas secara kognitif, tetapi juga siswa yang memiliki kesadaran sosial dan kemanusiaan yang tinggi.