Sosok Pemilik Sritex, Raksasa Tekstil yang Kini Dinyatakan Pailit dan Punya Utang Rp25 Triliun
Sosok pemilik Sritex, perusahaan tekstil yang dinyatakan pailit dan punya utang Rp25 triliun.
Penulis: Jayanti TriUtami
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Pada 1967, Lukminto berhasil membeli dua kios di Pasar Klewer.
Baca juga: Pernak Pernik Bernuansa Jokowi Menjamur Laris Manis di Pasar Malam Ngarsopuro dan Pasar Klewer Solo
Hanya setahun berselang, ia membuka pabrik cetak pertama yang menghasilkan kain putih dan berwarna di Surakarta.
Bisnisnya kian melebar, ia kemudian membuka pabrik kain di Semanggi, Surakarta, pada 1972.
Hingga pada 1980-an, pabrik tekstil milik Lukminto direlokasi ke Desa Jetis, Sukoharjo dan diberi nama PT Sri Rejeki Isman.
Pada 1978, pabrik tekstil milik Lukminto terdaftar dalam Kementerian Perdagangan sebagai perseroan terbatas.
Lalu pada 3 Maret 1992, pabrik Sritex diresmikan Presiden Soeharto bersama 275 pabrik aneka industri lainnya di Surakarta.
Tak puas, Sritex terus berkembang dengan mencoba peruntungan di pasar Eropa pada 1992.
Hasilnya, Sritex berhasil membuat seragam untuk NATO dan tentara Jerman yang berkualitas tinggi.
Sejak saat itulah Sritex terus berkembang dan memproduksi rata-rata 24 juta potong kain per tahun untuk 40 negara.
Sritex juga menyediakan busana label ternama seperti Uniqlo, Zara, New Yorker, Sears, jaringan Walmart, serta JCPenney.
Baca juga: Pailit, Sritex Punya Utang Rp25 Triliun, 20 Ribu Pekerja Terancam PHK dan Tak Dapat Pesangon
Pemilik Sritex Kini
Pada 2007, Lukminto menyerahkan kepemimpinan Sritex kepada anak sulungnya, Iwan Setiawan Lukminto.
Lukminto memilih untuk fokus pada bidang sosial.
Ia akhirnya dinyatakan meninggal dunia di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura pada Rabu (5/2/2014) karena sakit.
Sedangkan istrinya, Susyana Lukminto meninggal dunia pada Sabtu (20/8/2022).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.