Pelibatan Sipil dan Pemberdayaan Perempuan Cegah Paham Ekstremisme di Indonesia
WGWC menyebut sinergi antara pemerintah dan masyarakat adalah kunci keberhasilan program pencegahan ekstremisme
Penulis: willy Widianto
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Upaya pencegahan ekstremisme di Indonesia semakin menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sipil.
Pendekatan yang dilokalkan dan mendukung partisipasi aktif perempuan dinilai efektif dalam menciptakan intervensi yang berkelanjutan.
Baca juga: 117 Mahasiswa Lintas Negara Dapat Pembekalan Pemberdayaan Perempuan Sebagai Pelaku Usaha Ultra Mikro
Steering Committee Working Group on Women and Preventing/Countering Violent Extremism (WGWC), Ruby Kholifah, mengatakan sinergi antara pemerintah dan masyarakat adalah kunci keberhasilan program pencegahan ekstremisme.
Pelibatan unsur masyarakat sipil di dalam sebuah platform resmi yang diwadahi pemerintah menjadi salah satu ciri yang menonjol dan progresif untuk penanggulangan ekstremisme di Indonesia.
"Saya pikir ini adalah satu-satunya wadah di mana pemerintah dan masyarakat bisa saling bekerja sama dalam kerangka birokrasi untuk menghadapi isu yang dihadapi bersama," kata Ruby Kholifah dalam webinar Localizing Preventing and Countering Violent Extremism (PCVE) Strategies, Jumat(25/10/2024) malam.
Di tanah air, pelibatan aktif masyarakat, terutama perempuan ini sudah menjadi agenda kerja utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) via framework gender mainstreaming.
Pengarusutamaan gender dalam kontra radikalisasi ini bertujuan untuk memberdayakan perempuan sebagai agen perubahan dalam masyarakat.
Baca juga: Partai NasDem Tegaskan Komitmen Terhadap Pemberdayaan Perempuan
BNPT berupaya menciptakan ruang bagi perempuan untuk berkontribusi dalam dialog dan pengambilan keputusan terkait pencegahan ekstremisme.
Dengan demikian, perempuan tidak hanya dilihat sebagai korban, tetapi juga sebagai pemimpin dan penggerak dalam komunitas mereka.
Ruby yang juga merupakan Direktur The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia menyoroti bahwa dunia terorisme seringkali didominasi oleh maskulinitas, yang salah satunya ditunjukkan dengan citra “man in uniform”.
Namun, ia juga menggarisbawahi bahwa perempuan kini menjadi salah satu kelompok paling rentan terpapar radikalisme.
Keterlibatan perempuan tidak hanya sebagai palu pasif, namun juga agen pasif.
Namun di sisi lain perempuan juga punya peran penting di komunitas lokal sebagai agen PCVE.
Lebih jauh, Ruby menekankan bahwa program lokal lebih efektif dalam menciptakan intervensi yang berkelanjutan dan memberi ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam kebijakan di tingkat lokal.
Keberhasilan lokalisasi strategi penanggulangan ekstremisme di Indonesia, menurut Ruby, adalah buah dari hasil kerja sama yang erat antara pemerintah dan masyarakat sipil.
Program-program yang melibatkan masyarakat sipil, terutama perempuan, tidak hanya memberikan target yang jelas, tetapi juga menciptakan dampak yang berkelanjutan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia