Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Permendag 8/2024 Disebut Bikin Bisnis Sritex Lesu, Iwan S Lukminto: Usaha Tekstil Banyak yang Tutup

Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 8/2024 disebut Iwan Setiawan Lukminto membuat bisnis PT Sritex melesu.

Penulis: garudea prabawati
Editor: Sri Juliati
zoom-in Permendag 8/2024 Disebut Bikin Bisnis Sritex Lesu, Iwan S Lukminto: Usaha Tekstil Banyak yang Tutup
dok. Sritex
Aktivitas buruh di pabrik tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (24/10/2024). 

TRIBUNNEWS.COM - Komisaris Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) Iwan Setiawan Lukminto, menyebut Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 8 tahun 2024 membuat industri tekstil dalam negeri lesu.

Hal itu berbeda dengan Permendag sebelumnya yakni nomor 36 tahun 2023.

Permendag 36 tahun 2023 membuat kondisi industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) sempat membaik.

Iwan mengatakan setelah diganti menjadi Permendag 8/2024, pelaku usaha tekstil banyak yang tutup.

"Permendag 8 itu masalah klasik dan kita sudah tahu semuanya. Jadi lihat saja pelaku tekstil banyak yang kena (tutup)."

"Banyak yang terdisrupsi terlalu dalam sampai ada yang tutup. Jadi sangat signifikan (dampaknya). Tetapi itu semuanya kami serahkan ke kementerian untuk regulasinya," tutur Iwan kepada wartawan usai bertemu Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin (28/10/2024).

Diketahui kini Pemerintah tengah berupaya untuk menyelamatkan karyawan Sritex yang saat ini berjumlah sekitar 11.000 orang.

Berita Rekomendasi

Dalam pertemuan tersebut, Iwan menyebut Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita dan pemerintah akan bersama-sama menyiapkan strategi penyelamatan industri tekstil.

Utang PT Sritex

Sritex pailit karena harus menanggung utang pokok plus bunga yang besar, sementara pendapatannya seret. 

Jika dirinci, utang jumbo yang ditanggung Sritex ini meliputi utang jangka pendek sebesar 131,41 juta dollar AS, dan utang jangka panjang 1,46 miliar dollar AS.

Baca juga: Bos Sritex Mengaku Bisnisnya Hancur Karena Aturan Pemerintah

Untuk utang jangka panjang, porsi terbesar adalah utang bank yang mencapai 809,99 juta dollar AS, lalu disusul utang obligasi sebesar 375 juta dollar AS.

Kondisi keuangan Sritex semakin terpuruk, lantaran utang yang menumpuk ditambah dengan penjualan perusahaan yang lesu, mengutip Kompas.com. 

Masih merujuk pada laporan keuangan terbarunya, perusahaan hanya bisa mencatatkan penjualan sebesar 131,729 juta dollar AS pada semester I 2024, turun dibandingkan periode yang sama pada 2023 yakni 166,9 juta dollar AS.

Di sisi lain, beban penjualannya lebih besar yakni 150,24 juta dollar AS.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas