Profesi Setara Dokter, Apoteker Diminta Junjung Tinggi Kode Etik
Perkumpulan Apoteker Sejahtera Indonesia (PASI) meminta apoteker di seluruh Indonesia menjunjung tinggi kode etik profesi.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perkumpulan Apoteker Sejahtera Indonesia (PASI) meminta apoteker di seluruh Indonesia menjunjung tinggi kode etik profesi.
Pernyataan itu disampaikan pada pelantikan dan pengambilan sumpah apoteker Angkatan XLIX/49 Universitas 17 Agustus 1945 di Klub Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (31/10/2024).
"Yang saya banggakan, adik-adik sejawat apoteker, tepuk tangan dulu, sudah sejawat. Jadi bukan lagi sebagai mahasiswa, Anda sudah sejawat, sudah sama kita," ujarnya dalam keterangan yang diterima, pada Jumat (1/11/2024).
Fakultas Farmasi UTA '45 Jakarta tercatat sudah meluluskan 4.216 apoteker.
Para apoteker diminta tetap terus belajar dan memperbarui keilmuan.
"Update ilmu-ilmu terbaru itu akan menemukan riset-riset terbaru, di mana bisa mengaplikasikan ketika bekerja," ujar Dekan Fakultas Farmasi UTA '45 Jakarta, Diana Laila.
Dia berharap para apoteker yang dilantik dan disumpah memiliki kepercayaan diri tinggi, sikap empati dan memiliki integritas di manapun nantinya bekerja.
"Sesuai janji atau sumpah yang kalian lafalkan tadi, sekalipun diancam, kalian akan mengatakan yang benar itu benar, yang salah itu salah. Karena yang membuat kita kaya itu integritas, bukan kekayaan," jelas dia.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Rudyono Darsono, menilai apoteker adalah profesi yang setara dengan dokter.
"Jadi kalau dokter itu sekolah S1 dokter, terus ambil koasnya untuk praktik sebagai seorang dokter. Kalian S1 farmasi ambil apotekernya. Jadi kalian bukan bawahan dokter," ungkap Rudyono.
"Dokter itu menganalisa penyakit, kalian yang menentukan obatnya," imbuh Rudyono.
Atas itu, ia meminta untuk terus mengembangkan keilmuan farmasi. Salah satu caranya dengan menghadirkan komputer-komputer baru, guna mendukung digitalisasi saat praktik. Hal ini dilakukan, juga sebagai upaya memajukan dunia farmasi Indonesia.
"Ketika negara lain sudah maju dengan riset mereka melalui digitalisasi untuk analisa penyakit dan pemuktahiran obat, kita jangan mau terus tertinggal dan hanya sebagai konsumen, Jenis kimia apa pun bisa kita dapatkan untuk kita racik secara digital dan hasil lebih akurat, apa fungsi dari racikan tersebut," kata Rudy.
"Kita tidak boleh tertinggal lagi dari negara tetangga kita. Terutama Malaysia, yang dulu belajar dari kita," imbuhnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.