Di Hadapan Para Tokoh Eks Jamaah Islamiyah, Kepala BNPT Komitmen Kolaborasi Dengan Densus 88
Kepala Densus 88 Antiteror Polri Irjen Pol Sentot Prasetyo, para tokoh mantan anggota organisasi terlarang Jamaah Islamiyah (JI) dukung pemberantasan
Penulis: Gita Irawan
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala BNPT Komjen Pol Eddy Hartono menghadiri acara Dialog Kebangsaan bertajuk "Dengan Ilmu Syar'i Kita Kembali ke Pangkuan NKRI" yang diinisiasi Densus 88 antiteror Polri di sebuah hotel di kawasan Depok Jawa Barat pada Minggu (3/11/2024).
Dalam acara tersebut hadir Kepala Densus 88 Antiteror Polri Irjen Pol Sentot Prasetyo, para tokoh mantan anggota organisasi terlarang Jamaah Islamiyah (JI) termasuk di antaranya pendiri JI Abu Rusydan, Amir terakhir JI Para Wijayanto, serta para tokoh JI yang merupakan alumni akademi militer di Afghanistan dan Moro Filipina.
Ia menyatakan akan terus mendukung Densus 88 Antiteror Polri khususnya dalam upaya pemberntasan terorisme.
"Saya akan juga mengkondisikan Kementerian dan Lembaga yang memang BNPT tugasnya merumuskan, mengkoordinasikan, dan melaksanakan kebijakan-kebijakan dalam rangka penanggulangan terorisme," ujar dia.
"Saya berterima kasih banyak atas kegiatan hari ini melakukan sosialisasi. Dan kami juga akan terus bekerja sama dengan Densus 88 dalam rangka mensukseskan kegiatan sosialisasi ini di seluruh Indonesia," sambungnya.
Eddy juga mengaku bersyukur para tokoh eks JI tersebut telah menyatakan pembubaran organisasi terlarang tersebut pada 30 Juni 2024 lalu di Sentul Bogor.
Ia berharao hal itu menjadi awal yang baik dan menjadi pembelajaran buat kita semua sehingga Indonesia ke depan menjadi negara yang baik dan adil untuk masyarakatnya.
"Oleh sebab itu, BNPT dan Densus 88 akan terus berkolaborasi. Makanya saya selalu mencanangkan kepada seluruh kementerian lembaha bahwa dalam penanggulangan terorisme itu harus kolaboratif. Jadi semua harus ikhlas. Niatnya harus benar," ungkapnya.
"Sekali lagi hari ini saya bersyukur ke hadirat Allah SWT kita bisa bersama-sama kembali. Dan ke depan, sekali lagi, kami berkomitmen untuk terus membantu melancarkan apa yang menjadi harapan para ustaz dan eks Jamaah Islamiyah yang punya pengalaman luar biasa," sambungnya.
Dalam kegiatan tersebut, Amir terakhir JI Para Wijayanto membeberkan 42 alasan berdasarkan syariat Islam mengapa JI harus dibubarkan.
Sebanyak 42 alasan tersebut tertuang dalam naskah setebal 900 halaman berjudul "At Tatharuf (Ekstremisme, Terorisme, Radikalisme, dan Kekerasan)".
Baca juga: Kepala Densus 88 Ditodong Bicara di Depan Para Eks Jamaah Islamiyah Jebolan Afghanistan dan Moro
Rencananya, naskah tersebut akan dibukukan dan disebarkan kepada seluruh eks anggota JI.