Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sosok Riken Yamamoto, Arsitek Top Dunia Minta Indonesia Tak Pindah Ibu Kota Negara, Singgung Ekonomi

Seperti apa sosok Riken Yamamoto, arsitek top dunia asal Jepang yang menilai Indonesia tak perlu pindah ibu kota negara?

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in Sosok Riken Yamamoto, Arsitek Top Dunia Minta Indonesia Tak Pindah Ibu Kota Negara, Singgung Ekonomi
YouTube T-ADS
Sosok Riken Yamamoto, arsitek top dunia asal Jepang yang menilai Indonesia tak perlu pindah ibu kota negara. 

Ia melakukan perjalanan tersebut bersama mentornya, Hiroshi Hara.

Pada 1972, Yamamoto menghabiskan banyak waktu di sepanjang garis pantai Laut Mediterania, mengunjungi Prancis, Spanyol, Maroko, Aljazair, Tunisia, Italia, Yunani, dan Turki.

Dari Eropa, Yamamoto berpindah ke benua Amerika dan Asia.

Lewat perjalanannya, Yamamoto mendapat gagasan mengenai "ambang batas" antara ruang publik dan privat adalah bersifat universal.

Dari situ, ia kembali mempertimbangkan mengenai batas-batas antara ranah publik dan sosial sebagai peluang sosial, berkomitmen pada keyakinan, semua ruang dapat memperkaya dan melayani seluruh komunitas, bukan hanya mereka yang menempati.

Dengan pemikiran itu, Yamamoto mulai merancang hunian keluarga tunggal yang menyatukan lingkungan alami dan buatan.

Baca juga: Arsitek Top Dunia Riken Yamamoto Minta Indonesia Jangan Pindah Ibukota Negara, Sebut Ini Bahayanya

Proyek pertamanya adalah Yamakawa Villa di Nagano pada 1977, yang terbuka di semua sisi dan terletak di hutan.

Berita Rekomendasi

Proyek itu dirancang agar terasa sepenuhnya seperti teras terbuka.

Pengalaman itu secara signifikan memengaruhi karya-karyanya di masa depan, saat ia memperluas kariernya dengan menangani proyek perumahan sosial bersama Hotakubo Housing di Kumamoto pada 1991.

Dari proyek itu, Yamamoto berupaya menjembatani budaya dan generasi lewat kehidupan yang relasional.

Transparansi, bentuk, material, dan filosofi tetap menjadi elemen penting dalam karya-karyanya.

Ia menggunakan pendekatan perencanaan kota yang menunjukkan evolusi sebagai properti penting dalam pengembangan Ryokuen-toshi, Inter-Junction City di Yokohama.


Yamamoto terus mendorong masyarakat di gedung-gedung besar dengan mengadaptasi bahasa arsitekturnya ke proyek-proyek seperti Universitas Prefektur Saitama di Koshigaya (1999) dan Perpustakaan Tianjin di Tingkok (2012), yang membuktikan penguasannya terhadap skala.

Karyanya makin banyak, mulai dari rumah tinggal pribadi hingga perumahan umum, sekolah dasar hingga gedung universitas, dan lembaga hingga ruang publik.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas