Rapat dengan Kementan, Legislator PKB Soroti Keterlibatan Petani Muda Dalam Program Cetak Sawah
Rina menghitung program 3 juta hektar lahan untuk swasembada pangan pemerintah akan melibatkan 225 ribu petani muda
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKB Rina Sa'adah menyoroti soal keterlibatan petani milenial dalam program cetak sawah di Kementerian Pertanian.
Rina menghitung program 3 juta hektar lahan untuk swasembada pangan pemerintah akan melibatkan 225 ribu petani muda.
"Tadi disampaikan setiap 200 hektar lahan akan dikelola oleh 15 orang. Nah kalau dihitung ada sekitar 225 ribu orang yang akan mengelola 3 juta hektar lahan," kata Rina dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPR dengan Kementerian Pertanian (Kementan), di Jakarta, Rabu (4/12/2024).
Rina juga meminta penjelasan Kementan mengenai mekanisme dan pengelolaan teknis di lapangan, dalam penyediaan SDM program tersebut.
"Bagaimana optimalisasi keseimbangan antara SDM dan luas lahan. Serta seperti apa efisiensi keberlanjutan program bagi petani milenial," ujarnya.
Baca juga: Prabowo Minta Swasembada Beras Diwujudkan Secara Cepat, Kementan Siapkan Anggaran Rp23,61 Triliun
Di sisi lain, Rina mengapresiasi kebijakan Menteri Pertanian Amran yang menghentikan impor daging domba di tengah tingginya suplay dalam negeri.
"Antara target dan realisasi capaiannya cukup tinggi di atas 85 persen. Maka harus terus dipertahankan pola pendampingan dan kebijakan strategis ini," ucap Rina.
Selain itu, Rina menyoroti program Kementan pada tahun 2025.
Menurutnya, anggaran pertanian sebaiknya difokuskan dan dimaksimalkan guna mendukung terciptanya swasembada pangan dan makan bergizi gratis.
"Dalam program swasembada pangan perlu dioptimalisasi pendampingan. Seperti penguatan teknologi modern," ucap Rina.
Selain itu, kata Rina, penguatan juga harus dilakukan pada aspek insfrastuktur pertanian. Seperti irigasi, jalan dan tempat penyimpanan.
Penguatan lainnya, kata Rina adalah sistem pemantauan hasil pertanian real time berbasis blokchain. Para anggota DPR bisa ikut mengawasi progres pertanian ini lebih cepat dan efisien.
Lebih lanjut, Rina menyarankan agar Kementan menjalin kerja sama internasional pertanian maju dengan sejumlah negara yang sudah berpengalaman.
"Misalnya dengan Cina sebagai penghasil beras terbesar di dunia, selain penghasil jagung, gandum dan sayuran. Atau Amerika Serikat yang memanfaatkan teknologi GPS, robotika dan pertanian presisi," pungkasnya.
Dalam RDP tersebut, Menteri Pertanian Amran menjelaskan berbagai program yang akan dilakukan pada 2025. Mentan akan fokus pada swasembada pangan dan makan bergizi gratis.
Ia pun menjelaskan progres optimalisasi lahan (Opla) seluas 40 ribu hektar di Meuroke. Dengan rampungnya lahan tersebut, para petani bisa langsung menggarap dan mengelolanya untuk menambah produksi padi.