Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

CEO KG Media Ingatkan Pentingnya Perusahaan Pers Lindungi Karya Jurnalistik di Era AI

Andy Budiman, mengingatkan pentingnya perusahaan pers melindungi karya jurnalistiknya di era kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI)

Penulis: Gita Irawan
Editor: Dodi Esvandi
zoom-in CEO KG Media Ingatkan Pentingnya Perusahaan Pers Lindungi Karya Jurnalistik di Era AI
tangkapan layar
CEO KG Media Andy Budiman dalam Seminar Nasional Bertajuk Jurnalisme Versus Artificial Intelligence (AI) yang disiarkan lanhsung di kanal Youtube Dewan Pers pada Rabu (11/12/2024). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO KG Media, Andy Budiman, mengingatkan pentingnya perusahaan pers melindungi karya jurnalistiknya di era kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) saat ini.

Saat ini, ungkapnya, pemanfaatan AI di dapur redaksi atau newsroom tidak terhindarkan.

Andy mengungkapkan meski KG Media saat ini juga memanfaatkan AI, khususnya untuk produksi konten dan membantu jurnalisnya memproduksi konten baik artikel maupun video khususnya dalam hal penyuntingan, namun pemanfaatannya tetap harus diatur. 

Satu di antara caranya, ungkap Andy, adalah dengan menggunakan konten berbayar dan memastikan konten berita yang disunting menggunakan aplikasi AI tidak digunakan sebagai bahan training model perusahaan AI tersebut. 

Pengaturan pemanfaatan AI tersebut, ujar Andy, dibutuhkan mengingat risiko besar yang dihadapi dalam pemanfaatan AI.

Risiko tersebut di antaranya muncul karena menurutnya perusahaan AI saat ini sangat ingin mengambil konten jurnalistik untuk menjadi bahan training model AI mereka. 

Berita Rekomendasi

Perusahaan AI saat ini, kata dia, masih berlomba-lomba menghasilkan model yang paling bagus. 

Untuk mendapatkan model yang paling bagus, perusahaan AI membutuhkan data dan konten untuk training model mereka.

Baca juga: Penyebab Meta AI Tak Muncul di WhatsApp dan Cara Mengaktifkannya

Berdasarkan tren, lanjut dia, lalu lintas (traffic) pengambilan data atau konten dari jagat internet selalu naik setiap tahun.

Menurut data yang dihimpun Andy, sekira 50 persen pengunjung sebuah website atau laman di internet bukanlah manusia, melainkan robot atau biasa disebut Bot.

Bot yang mengambil data di website, menurutnya bisa dibagi menjadi dua jenis yakni Bot yang mengambil data sesuai aturan dan Bot yang mengambil data tidak sesuai aturan atau mencuri.
 
Bot yang masuk dan mengambil data tidak sesuai aturan, berpotensi membuat plagiat atau bahkan membuat website tersebut menjadi tidak dapat diakses atau down.

Padahal, kata Andy, seharusnya, harta terbesar perusahaan jurnalistik adalah jurnalisnya dan karya jurnalistiknya itu sendiri.

Hal itu disampaikannya dalam Seminar Nasional Bertajuk Jurnalisme Versus Artificial Intelligence (AI) yang disiarkan langsung di kanal Youtube Dewan Pers pada Rabu (11/12/2024).

"Ini kalau ada pesan yang semoga bisa tersampaikan adalah lindungi harta terbesar anda sebagai perusahaan jurnalistik yaitu karya jurnalistiknya sendiri," kata Andy.

"Kalau kita mengumpanin secara sukarela ke aplikasi AI untuk penyuntingan, bikin laporan segala macam, tapi tidak ada kompensasi apa-apa selain hasil suntingan, sebetulnya kita memberikan harta terbesar kita ke perusahaan AI," lanjutnya.

Dari sisi bisnis, kata Andy, ada berbagai macam aplikasi AI untuk membuat bisnis media terbantu.

Akan tetapi, untuk KG Media sendiri kontribusi penggunaan aplikasi AI pada pendapatan hanya 1 persen.

Baca juga: Cara Menghilangkan Meta AI di WhatsApp dan Mengaktifkan Kembali

"Tapi total, saya sudah hitung di KG Media, semua penggunaan AI kita ini, paling kontribusinya cuma 1?ri pendapatan. Padahal potensi disrupsinya, itu jauh lebih besar dari 1% pendapatan kita," ungkapnya.

"Artinya, saya inginnya optimis, tapi kalau saya lihat dari sisi bisnis saat ini, potensi disrupsinya AI dengan peluang yang kita bisa dapatkan dengan segala macam tools (alat) AI, itu masih jauh lebih besar potensi disrupsinya," sambung dia.

Andy juga mengungkapkan sejumlah peluang terkait pemanfaatan AI dalam perusahaan media.

Saat ini, kata Andy, perusahaan publisher di dunia sudah banyak yang melarang atau memblok Bot untuk mengambil konten guna keperluan perusahaan AI.

Artinya, lanjut dia, perusahaan AI sudah mulai kehabisan data berkualitas.

Selain itu, kata dia, ada regulasi baru di Eropa berlaku tahun depan yang mewajibkan transparansi dari perusahaan AI khususnya terkait sumber data yang mereka gunakan.

Kemudian, perusahaan AI besar banyak mengalami litigasi atau tuntutan hukum terkait sumber data yang berpotensi menimbulkan risiko bagi investor perusahaan AI tersebut.

Sehingga, lanjut dia, pilihannya bagi perusahaan AI adalah mengambil data atau konten secara bertanggung jawab dan aman.

Baca juga: Pakai AI, Keluarga Sandera Israel Buat Video Putra Netanyahu Ditahan di Terowongan Hamas

Hal tersebut, kemudian bisa dilihat dari kerja sama yang saat ini dilaporkan telah dijalankan antara sebuah perusahaan AI besar asal AS dengan grup perusahaan media besar asal AS dengan nilai sekira USD250 juta.

Perusahaan AI tersebut juga, kata dia, dilaporkan telah menjalin kerja sama dengan sebuah grup perusahaan media besar asal Jerman senilai sekira USD30 juta.

Selain itu, perusahaan AI tersebut juga dilaporkan membuat kerja sama dengan beberapa perusahaan media lainnya dengan total nilai sekira USD 20 juta.

Kesepakatan yang disepakati perusahaan AI dengan para perusahaan media tersebut biasanya meliputi sejumlah hal.

Pertama, perusahaan media tersebut membuka arsip mereka kepada perusahaan AI bukan hanya berita yang terbaru melainkan juga konten yang lama.

Kedua, adalah terkait periklanan meski kemungkinan baru akan dijalankan di masa mendatang.

Ketiga, adalah terkait berbagi pengetahuan di mana perusahaan AI akan memberikan ahli mereka kepada perusahaan media tersebut.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Andy memandang muncul dilema tersendiri.

"Kalau kita tahu AI sebuah keniscayaan, apakah kita mau bekerja sama atau tidak? Ya kalau kerja sama, manfaatnya itu sesuatu revenue (sumber pendapatan) baru," kata Andy.

"Walaupun sebetulnya saya nggak yakin pendapatannya seberapa besar. Karena juga dealnya jangka pendek 1 tahun, setelah itu konten kita dikeruk, habis itu masih butuh kita lagi, atau kita sudah dibuang? Cuma dapat uang sedikit tapi konten kita, harta terbesar kita sudah diambil mereka," sambung dia.

Kedua, bila perusahaan AI kemudian menawarkan untuk memberikan ahlinya ke perusahaan, apakah perusahaan media itu juga mengerti cara mengoptimalkan pemanfaatan teknologi itu. 

Selanjutnya, bila kesepakatannya adalah perusahaan AI akan menggunakan konten perusahaan media untuk membuat platform AI guna membuat berita, maka hal itu berpotensi memutuskan hubungan antara perusahaan media tersebut dengan audien atau pemirsa perusahaan media tersebut.

"Jadi pesannya, adalah kita sebagai yang membutuhkan AI dan dibutuhkan oleh perusahaan AI, kita bisa memposisikan diri," kata Andy.

"Dan yang paling penting pesannya adalah jaga harta karun kita sebisa mungkin supaya tetap ada nilainya. Karena kalau itu diobral, ya nggak ada nilainya. Kalau itu kita nggak jaga, itu dirampok, ya sudah nilainya habis," pungkasnya.

Tangkapan Layar: Kanal Youtube Dewan Pers

CEO KG Media Andy Budiman dalam Seminar Nasional Bertajuk Jurnalisme Versus Artificial Intelligence (AI) yang disiarkan langsung di kanal Youtube Dewan Pers pada Rabu (11/12/2024).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas