Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pagar Bambu di Pesisir Tangerang Bikin Nelayan Susah Cari Ikan, Melaut Harus Memutar, Takut Didenda

Pemagaran perairan pesisir utara Tangerang hingga sepanjang 30,16 kilometer menyulitkan kehidupan nelayan dan warga di belasan desa di 6 kecamatan.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Pagar Bambu di Pesisir Tangerang Bikin Nelayan Susah Cari Ikan, Melaut Harus Memutar, Takut Didenda
Kolase Tribunnews
Pagar laut misterius sepanjang 30,16 kilometer di perairan Kabupaten Tangerang akhirnya disegel pemerintah, Kamis, 9 Januari 2025. Pagar laut ini membentang di enam kecamatan di pesisir Kabupaten Tangerang, menggunakan material bambu cerucuk yang ditancapkan ke laut dengan ketinggian rata-rata 6 meter. 

 

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Pemagaran perairan pesisir utara Tangerang hingga sepanjang 30,16 kilometer menyulitkan kehidupan nelayan dan warga di belasan desa di 6 kecamatan di Tangerang yang terdampak.

Seorang nelayan bernama Trisno (45) mengaku pagar bambu yang ditancapkan di perairan ini membuat dia dan rekan-rekannya kesulitan ketika akan berangkat melaut mencari ikan.

Perahunya harus memutar jauh untuk bisa mencari ikan.

Pagar-pagar bambu tersebut juga membuat dirinya bersama nelayan lain di Kampung Bahari Karang Serang pun saat ini sudah tidak mendapat ikan kecil.

"Jadi saat angin kencang kita takut ke tengah laut karena ombak besar, jadi kita nyarinya ke pinggiran dulu. Tapi sekarang enggak bisa karena ada pagar itu. Lewatnya saja susah, jadi kita untuk menebar jaring enggak bisa," ujar Trisno.

"Di pinggir itu kita bisa dapat udang, kerang, dan rajungan (kepiting). Yang di pinggiran itu banyak, kalau kita nebar jaring di sana kan nyangkut sama bambu itu," tambahnya. 

Berita Rekomendasi

Selain kesulitan untuk sampai ke tengah laut, Trisno juga mengaku harus menyiapkan bahan bakar lebih, agar dapat melewati pagar tersebut.

"Pemasukan turun lah, turun jauh. Isi solar juga sekarang harus lebih, contohnya jika biasa isi 5 liter, sekarang harus lebihin 2 liter, jadi 7 liter sekali berangkat," paparnya.

Pria asal Brebes, Jawa Tengah, itu berharap agar pemerintah bisa mencabuti pagar bambu tersebut agar bisa mencari ikan sebagai mata pencahariannya.

Baca juga: Warga Diupah Rp100 Ribu Per Hari untuk Memagari Laut, Dipasangnya Malam, Awal Proyek Reklamasi?

Sebab, di lokasi sekitar deretan pagar bambu tersebut banyak sekali ikan yang bisa jaring untuk sumber pemasukannya.

"Kita enggak tahu pemerintah mau bikin apa itu (pagar laut). Harapannya enggak ada kayak gituan lagi (pagar laut), biar kita cari makannya seperti biasa lagi."

Penyegelan pagar laut tanpa izin dan misterius sepanjang 30,16 Kilometer di perairan Tangerang, Banten, dekat Proyek Strategis Nasional (PSN) Tropical Coastland di Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, pada Kamis (9/1/2025). 
Penyegelan pagar laut tanpa izin dan misterius sepanjang 30,16 Kilometer di perairan Tangerang, Banten, dekat Proyek Strategis Nasional (PSN) Tropical Coastland di Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, pada Kamis (9/1/2025).  (Kolase Tribunnews/Instagram)

"Tapi kalau pemerintah mau bikin apa, ya bagaimana terserah saja. Orang kecil seperti kita enggak bisa apa-apa," ujar Trisno. 

Trisno menuturkan, pemasangan pagar laut yang terbuat dari bambu itu dikerjakan pada pagi hingga siang hari dan dilakukan oleh sejumlah orang yang berasal dari Desa Tanjung Kait, Kabupaten Tangerang.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas