Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Prospeknya Menggiurkan, Investor Mulai Gandrungi Fintech Kripto di Indonesia

Intensi regulator yang kemungkinan mematangkan peraturan lebih menyeluruh di akhir tahun ini membuat beberapa investor

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Prospeknya Menggiurkan, Investor Mulai Gandrungi Fintech Kripto di Indonesia
Pexels / Worldspectrum
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Aset digital kini menjadi instrumen investasi yang seksi bagi para investor.

Dalam beberapa tahun ini, investasi dunia digital tersebut terus meningkat.

Aset digital yang kini umum ditemui yakni mata uang digital, atau yang biasa disebut dengan cryptocurrency.

Industri financial technology (fintech) dalam negeri juga terus kebanjiran dana investasi dengan salah satu lini bisnis yang sedang digemari oleh investor, yaitu fintech kripto.

Tak hanya di luar negeri, meningkatnya ketertarikan masyarakat akan investasi kripto seperti Bitcoin, Ethereum, dan DogeCoin juga telah tembus ke Tanah Air.

Baca juga: Di Tengah Pro dan Kontra di Negerinya, PM India Ajak Negara Demokrasi Manfaatkan Mata Uang Kripto

Saat ini saja, tercatat sudah banyak pengguna kripto tersebut hingga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi.

Berdasarkan laporan Fintech in ASEAN 2021 yang disusun oleh UOB, PwC Singapura, dan Singapore Fintech Association (SFA), pendanaan fintech kripto di ASEAN mengalami pertumbuhan 424% secara year to date (ytd). Nominalnya pun telah mencapai US$ 356 juta.

Berita Rekomendasi

Di Indonesia sendiri, porsi pendanaan fintech kripto pun termasuk 5 besar dengan memberikan kontribusi 8%. Pencapaian ini hampir mendekati pendanaan ke fintech lending yang memiliki porsi 10%.

Ketua Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R Sirait menyatakan bahwa, Modal Ventura sudah melakukan imvestment di fintech kripto sekitar 2-3 tahun lalu.

Pihaknya melihat, terjadi tren behavior terutama di NFT changes, jadi menurutnya ini akan menjadi salah satu kreatif startup yang memang menarik sebagai bagian dari selain bisa entertain, tapi juga bisa menjadi investment. Ia melihat hal ini menjadi hal yang positif.

Baca juga: Kripto Haram di Indonesia, Begini Pandangan Yenny Wahid

"Cukup banyak modal ventura yang berinvestasi di fintech kripto, yang memang menjadi sesuatu yang "wow", kita mengikutinya secara prudent.

Kita juga melihat ini menjadi tren yang bukan hanya di Indonesia, ini meluas ke seluruh dunia," ungkap Jefri kepada kontan.co.id, belum lama ini.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menambahkan, beberapa Ventura Capital (VC) sudah menanamkan investasi di startup crypto sejak 2-3 tahun yang lalu baik di lokal maupun luar negeri.

Menurut Edward, intensi regulator yang kemungkinan mematangkan peraturan lebih menyeluruh di akhir tahun ini membuat beberapa investor termasuk VC tertarik mendukung sektor ini dan mulai aktif menghubungi dan mencari potensi startup yang bisa di investasikan.

"Untuk nilai investasi cukup bervariasi, sesuai sektor yang di tuju dan persyaratan yang harus di lakukan kesiapan nya seperti minimum jumlah modal di setor.

Sebagai pialang bisa antara Rp 50 miliar - Rp 80 miliar sedangkan sebagai bursa bisa mencapai Rp 500 miliar.

Pemain existing yang sudah mencapai angka tersebut tentu memenuhi persyaratan namun untuk yang baru harus menambahkan modal agar bisa mencapai target," jelas Edward.

Baca juga: Harga Sempat Melambung, Kripto Squid Game Ternyata Penipuan, Investor China Rugi Rp 394,8 Juta

Beberapa platform jual beli kripto di Indonesia juga merasakan gencarnya pendanaan ke mereka. Seperti, TokoCrypto yang mendapat pendanaan tahun lalu dari Binance yang merupakan perusahan blockchain global.

Waktu itu, pendanaan disebut akan digunakan untuk mempercepat pengembangan bisnis tanpa menyebut nominalnya.

Selain itu, di awal tahun ini ada platform marketplace aset kripto "Pintu" yang dikabarkan mendapatkan pendanaan A senilai $6 juta atau setara Rp 86 miliar.

Pantera Capital memimpin putaran ini, merupakan pemodal ventura asal Amerika Serikat yang fokus pada startup berbasis blockchain. Coinbase dan Blockchain Ventures juga terlibat dalam pendanaan ini, keduanya juga fokus pada proyek-proyek berbasis cryptocurrency.

Baru baru ini, platform marketplace kripto asal Selandia Baru, Easy Crypto juga mengumumkan perolehan pendanaan seri A sebesar $12 juta atau setara Rp 170 miliar, yang dipimpin oleh Nuance Connected Capital dan melibatkan perusahaan ventura GDP Venture milik Grup Djarum.

Berdasarkan keterangan resminya, Co-founder & CEO Easy Crypto Janine Grainger mengatakan tengah membidik pasar Indonesia dan Asia Tenggara sebagai target ekspansi bisnis berikutnya.

Hal ini sejalan dengan keterlibatan investor institusional yang meyakini peran aset kripto dalam ekosistem keuangan.

"Permodalan ini menjadi tonggak penting bagi Easy Crypto dan masa depan blockchain di dunia. Meningkatnya minat investasi terhadap kripto menjadi dukungan bagi pertumbuhan Easy Crypto dalam skala global," ungkap Grainger.

Sementara itu, Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures menjelaskan bahwa, kripto itu hanya salah satu turunan dari penggunaan blockchain.

"East ventures sudah melakukan beberapa investasi berkaitan dengan blockchain," kata Willson kepada kontan.co.id.

Kendati demikian, dirinya tidak menjelaskan lebih jauh sudah ditanamkan kemana saja pendanaan yang pihaknya investasikan.

Menurut Willson, fintech kripto ini teknologi baru, dan masih akan berubah dan berkembang.

Mata uang kripto sendiri berfungsi sebagai store value dan sangat volatile.

Oleh sebab itu, dirinya menyarankan untuk tidak sembarangan membeli kalau tidak mengerti.

Update harga bitcoin

Sempat mencapai harga tertinggi sepanjang masa, harga bitcoin kini masih berada di bawah US$ 60.000 pada Kamis (18/11/2021).

Bitcoin turun 13 persen dari level tertinggi beberapa hari lalu yaitu US$ 69.000.

Harga Bitcoin berdasarkan data CoinDesk pada Kamis (18/11) pukul 13.45 WIB ada di US$ 59.772,32, naik tipis 0,31% dibanding posisi 24 jam sebelumnya.

“Penurunan tampaknya terkait dengan leverage yang berlebihan dalam sistem yang dihapus,” kata Jan Wuestenfeld, Analis CryptoQuant, seperti dikutip Kontan dari CoinDesk.

"Selama fundamental on-chain tidak berubah pada koreksi harga ini, prospek jangka menengah tetap bullish," ujarnya.

Kenaikan tingkat pendanaan Bitcoin baru-baru ini menunjukkan selera yang lebih besar untuk leverage di antara para trader, beberapa di antaranya menjadi rentan terhadap likuidasi karena harga turun.

Ketika pasar stabil di sekitar level saat ini, tingkat pendanaan telah kembali ke dekat wilayah netral, menurut Joo Kian, Analis Delphi Digital, perusahaan riset kripto.

“Sebelum ini, minat terbuka berada di level puncak untuk sebagian besar perdagangan, biasanya, menghilangkan leverage yang berlebihan itu sehat untuk pasar dalam jangka panjang,” sebut Kian, seperti dilansir CoinDesk.

Jatuh

Harga Bitcoin jatuh ke bawah US$ 60.000 pada Selasa (16/11), setelah chief financial officer (CFO) Twitter mengatakan, investasi di aset kripto seperti Bitcoin “tidak masuk akal” saat ini.

Mengacu data CoinDesk, harga Bitcoin pada Selasa (16/11) sore waktu Indonesia Barat sempat terjungkal ke US$ 58.673,84, level yang tak pernah terlihat sejak 28 Oktober lalu.

Meski begitu, harga Bitcoin cepat bangkit dengan berada di US$ 60.757,19 pada pukul 21.35 WIB. Angka ini melorot 6,76% dibanding posisi 24 jam sebelumnya.

Bukan hanya harga Bitcoin yang merosot. Pasar kripto memerah pada Selasa (16/11). Harga Ethereum, misalnya, turun 7,78% ke posisi US$ 4.334,38 dan sempat menyentuh level US$ 4.111,09.

Dalam wawancara dengan Wall Street Journal, CFO Twitter Ned Segal mengungkapkan, menginvestasikan uang tunai ke aset kripto seperti Bitcoin “tidak masuk akal” saat ini.

Segal mengutip volatilitas harga dan kurangnya aturan akuntansi untuk aset kripto sebagai faktor penting yang menghentikan Twitter dari diversifikasi ke cryptocurrency.

Melansir CoinDesk, pernyataan Segal kemungkinan memberikan alasan bagi para trader untuk mengambil risiko, apalagi setelah dollar menguat dan ada kewajiban pelaporan pajak kripto di AS menyusul langkah Presiden Joe Biden meneken RUU Infrastruktur pada Senin (15/11).

China makin keras terhadap penambangan kripto yang juga membuat harga Bitcoin dan pasar kripto memerah adalah China yang makin keras terhadap penambangan kripto.

Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC) mengatakan pada Selasa (16/11), tahap selanjutnya dari penumpasan penambangan kripto adalah mempertimbangkan “hukuman tarif listrik”.

NDRC berencana menerapkan kebijakan tersebut untuk perusahaan yang menambang kripto tetapi hanya membayar listrik dengan tarif pelanggan rumahtangga, Meng Wei, juru bicara NDRC mengatakan, seperti dikutip China.com dan dilansir CoinDesk. (Kontan/Selvi Mayasari/SS Kurniawan/Handoyo)

Sumber: Kontan

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas