Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Aksi Jual Imbas Larangan Perdagangan Kripto di China Mereda, Harga Bitcoin ke Level 49.000 Dolar AS

Harga Bitcoin menembus level 49.000 dolar AS pada Rabu (22/12), menyusul aksi jual terkait larangan perdagangan kripto di China mungkin yang mereda.

Editor: Sanusi
zoom-in Aksi Jual Imbas Larangan Perdagangan Kripto di China Mereda, Harga Bitcoin ke Level 49.000 Dolar AS
Pexels / Worldspectrum
Ilustrasi bitcoin 

Namun, penguatan harga Bitcoin tidak bertahan lama dan terus mengalami penurunan sejak 11 November 2021 ke level 65 ribu dolar AS, hingga ke posisi sekitar 46 ribu dolar AS pada 15 Desember 2021.

Baca juga: Menkeu Sri Mulyani: Main Kripto dan Untung, Orangnya Harus Bayar Pajak

Penurunan harga Bitcoin, yang mulai menjauhi rekor tertinggi sepanjang sejarah dikarenakan adanya mutasi virus Covid-19 di Afrika Selatan dengan nama omicron.

"Varian omicron yang pertama kali muncul di benua Afrika membuat harga Bitcoin, serta aset kripto lainnya banyak terdiskon karena adanya aksi jual dari beberapa investor yang merasa panik dan was-was," kata CEO Indodax Oscar Darmawan beberapa waktu lalu.

Ia menilai koreksi harga aset kripto merupakan suatu hal yang wajar terjadi di dunia investasi, sehingga para investor khususnya investor pemula tidak perlu terlalu khawatir dengan penurunan tersebut.

"Ini sesuatu yang sehat justru di dunia kripto pada saat terjadi koreksi, karena itu membantu membangun momentum kripto bisa naik lebih tinggi setelahnya. Yang penting investor selalu menggunakan uang dingin untuk bertransaksi di aset kripto, dan saya selalu tekankan hal tersebut dimanapun ketika diminta untuk memberikan tips untuk memulai bertransaksi aset kripto," tutur Oscar.

Prospek Aset Kripto pada 2022

Manda menyampaikan, dalam beberapa hari ke belakang harga aset kripto seperti Bitcoin, Ethereum dan beberapa koin dengannkapitalisasi pasar besar sedang terkonsolidasi.

BERITA REKOMENDASI

Tetapi, kata Manda, jika dilihat siklus aset kripto dari tahun-tahum sebelumnya, Bitcoin cenderung mengalami koreksi pada Desember atau akhir tahun.

"Menurut saya pribadi, ada kemungkinan beberapa waktu ke depan melanjutkan tren bullish hingga April 2022," ucap Manda.

Menurutnya, terdapat banyak faktor yang bisa mempergaruhi peta jalan aset kripto pada tahun depan.

Pertama, pengetatan kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) yang semakin jelas dapat menunjukkan kinerja lebih baik untuk aset kripto pada 2022.

Kedua, dari sisi regulasi di Indonesia, yang mana Kementerian Perdsgangan melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) akan membuat bursa Kripto dan hal ini bisa meningkatkan kepercayaan investasi.

Baca juga: Inilah 5 Sosok yang Jadi Miliarder Dunia dari Bitcoin, dari Sam Bankman-Fried sampai Michael Saylor


"Publik akan merasa nyaman berinvestasi karena ada lembaga yang memberikan perlindungan dan pengawasan yang lebih jelas," paparnya.

"Ketiga edukasi dan penetrasi yang semakin luas. Diharapkan pada tahun depan, masyarakat sudah paham terkait potensi dari aset kripto dan ekosistem turunannya, sehingga transaksi perdagangan bisa tumbuh," sambung Manda.

Keempat, masa transisi meredanya kasus Covid-19 yang bisa berimbas pada naiknya investasi aset kripto.

"Ekonomi yang mulai membaik, masyarakat sudah mulai mencari portofolio baru untuk investasi mereka, dan kripto bisa menjadi salah satu pilihannya," ujar Manda.(Kontan/Tribunnews.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas